JAKARTA. Sepuluh grup emiten konglomerasi meramaikan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebut saja beberapa di antaranya Grup Astra, Grup Bakrie, Grup Bhakti dan Grup Salim. Meski bernaung di bawah nama besar grup ternama, saham emiten yang tergabung dalam grup konglomerasi ini tidak melulu layak koleksi. Potensi lini usaha serta kinerja keuangan perusahaan bisa menjadi tolak ukur. Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, mengatakan, dari delapan anak usaha yang tergabung dalam Grup Bakrie misalnya, saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) bisa menjadi pilihan.
Meski pergerakan ENRG tidak terlalu atraktif, namun emiten yang bergerak di sektor tambang minyak dan gas (migas) ini memiliki prospek usaha yang cukup baik. Pertumbuhan produksi migas dari blok-blok migas baru akan mempertebal pundi-pundi ENRG ke depannya. Tambahan produksi migas dari Blok Kangean dan Blok Offshore North-West Java (ONWJ) menjadi sumber bertambahnya produksi migas ENRG. Faktor likuiditas Saham pilihan dari Grup Astra jatuh kepada induk usaha yakni PT Astra International Tbk (ASII). Emiten yang bergerak di sektor otomotif ini jadi incaran investor. ASII menjadi salah satu emiten penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) karena likuiditas saham yang tinggi. "Selain ASII, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) bisa jadi alternatif pilihan saham dari Grup Astra," kata Reza Priyambada, Managing Research Indosurya Asset Management. Alasannya, untuk memilih UNTR, lantaran prospek bisnis emiten alat berat ini masih bagus, seiring diversifikasi di usaha di sektor pertambangan batubara. Sedang, prospek bisnis perkebunan kelapa sawit yang masih potensial menjad alasan AALI layak koleksi.