Ini aksi nyata Facebook perangi terorisme



SAN FRANCISCO. Perusahaan media sosial raksasa, Facebook, meluncurkan kampanye di Inggris pada Jumat (23/6), yakni upaya memerangi penyebaran terorisme melalui online. Langkah ini dilakukan menyusul peringatan yang dikeluarkan Perdana Menteri Inggris Theresa May setelah terjadinya empat serangan teror dalam kurun waktu tiga bulan.

Facebook mengatakan, pihaknya akan menggandeng dukungan dari badan amal dan organisasi lain mengenai bagaimana memerangi ucapan kebencian (hate speech), seiring banyaknya serangan teror yang terjadi di Belgia, Inggris, dan Prancis.

Organisasi Online Civil Courage Initiative (OCCI) dan sejumlah organisasi non profit lainnya akan bertindak sebagai forum amal dan menyebarkan pengamalan mereka terhadap kelompok ekstrimis. Selain itu, mereka juga akan mengembangkan 'cara mudah' dalam menangani isu tersebut, baik secara online maupun offline.


OCCI sudah melakukan hal serupa di Prancis dan Jerman.

Pada awal tahun ini, pimpinan Group of Seven (G7) mendesak perusahaan online raksasa seperti Facebook dan Google untuk melakukan aksi lebih dalam membatasi konten ekstrimis secara online.

"Pertarungan ini dipindahkan dari daerah pertempuran ke internet," kata May beberapa waktu lalu.

Sejumlah organisasi lain yang juga dikabarkan ikut bergabung dalam program ini adalah Jo Cox Foundation, yang didirikan untuk mengenang anggota parlemen Inggris yang dibunuh pada tahun lalu oleh seorang pria yang berhubungan dengan organisasi neo-Nazi.

Selain itu, ada pula organisasi lain, termasuk kelompok anti-kebencian dari komunitas Yahudi dan Muslim.

"Tidak ada tempat untuk penyebaran kebencian atau kekerasan di Facebook," kata chief operating officer Sheryl Sanberg.

Dia menambahkan, "Kami menggunakan teknologi seperti AI (artificial intelligence) untuk menemukan dan menghapus propaganda teroris, dan kami memiliki tim dari para ahli teroris dan pengamat di seluruh dunia untuk mencegah masuknya konten ekstrimis di platform kami. Bekerjasama dengan organisasi lain --termasuk perusahaan teknologi, masyarakat sipil, peneliti, dan pemerintah-- juga menjadi bagian penting dari puzzle ini."

Editor: Barratut Taqiyyah Rafie