JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) segera menjalankan anak usaha barunya yang bergerak di lini bisnis alat berat. Perusahaan tersebut adalah, PT Sacindo Machinery.Finance Director Agus Hambadi bilang, pihaknya mendirikan Sacindo berdasarkan alasan efisiensi. "Sebagai tahap awal operasi, Sacindo akan lebih banyak menopang kebutuhan kami," imbuh Agustinus, (19/6).Alasan kedua adalah soal potensi. Secara makro, pertumbuhan pasar properti akan terus tumbuh untuk jangka panjang. Selama jangka waktu tersebut, permintaan jasa konstruksi juga terus meninggi, namun dari sisi penunjang, dalam hal ini alat berat, belum tentu bisa mengimbangi.Nah, disinilah peran Sacindo muncul. Lagipula, tingginya kebutuhan penunjang proyek-proyek konstruksi terkadang justru memunculkan permainan harga.Agustinus menceritakan, misalnya ACST akan menggarap sebuah proyek konstruksi. Lalu, ACST membutuhkan crane dan berniat menyewa crane dari pihak ketiga untuk mengerjakan proyeknya tersebut.Saat kontak pertama, pihak ketiga ini memastikan bahwa pihaknya masih memiliki stok crane yang bisa disewakan. Tapi, ketika proyek tersebut mulai mendekati eksekusi pelaksanaannya, pihak ketiga ini justru menginformasikan bahwa stok crane miliknya habis."Nanti dia pasti bilang bisa diusahakan crane -nya, tapi tentunya ACST harus membayar tarif sewa yang lebih tinggi. Nah, kalau punya sendiri, kan, enggak bisa lagi kayak gini, jadi endingnya pasti penghematan dan efisiensi untuk kami," tutur Agustinus.Sedikit mengingatkan, sekitar pertengahan Maret lalu ACST mengumumkan pendirian anak usahanya ini. Modal dasar Sacindo Rp 10 miliar, namun penyetorannya dilakukan dalam dua tahap. Setoran tahap pertama nilainya Rp 3,5 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini alasan ACST dirikan anak usaha alat berat
JAKARTA. PT Acset Indonusa Tbk (ACST) segera menjalankan anak usaha barunya yang bergerak di lini bisnis alat berat. Perusahaan tersebut adalah, PT Sacindo Machinery.Finance Director Agus Hambadi bilang, pihaknya mendirikan Sacindo berdasarkan alasan efisiensi. "Sebagai tahap awal operasi, Sacindo akan lebih banyak menopang kebutuhan kami," imbuh Agustinus, (19/6).Alasan kedua adalah soal potensi. Secara makro, pertumbuhan pasar properti akan terus tumbuh untuk jangka panjang. Selama jangka waktu tersebut, permintaan jasa konstruksi juga terus meninggi, namun dari sisi penunjang, dalam hal ini alat berat, belum tentu bisa mengimbangi.Nah, disinilah peran Sacindo muncul. Lagipula, tingginya kebutuhan penunjang proyek-proyek konstruksi terkadang justru memunculkan permainan harga.Agustinus menceritakan, misalnya ACST akan menggarap sebuah proyek konstruksi. Lalu, ACST membutuhkan crane dan berniat menyewa crane dari pihak ketiga untuk mengerjakan proyeknya tersebut.Saat kontak pertama, pihak ketiga ini memastikan bahwa pihaknya masih memiliki stok crane yang bisa disewakan. Tapi, ketika proyek tersebut mulai mendekati eksekusi pelaksanaannya, pihak ketiga ini justru menginformasikan bahwa stok crane miliknya habis."Nanti dia pasti bilang bisa diusahakan crane -nya, tapi tentunya ACST harus membayar tarif sewa yang lebih tinggi. Nah, kalau punya sendiri, kan, enggak bisa lagi kayak gini, jadi endingnya pasti penghematan dan efisiensi untuk kami," tutur Agustinus.Sedikit mengingatkan, sekitar pertengahan Maret lalu ACST mengumumkan pendirian anak usahanya ini. Modal dasar Sacindo Rp 10 miliar, namun penyetorannya dilakukan dalam dua tahap. Setoran tahap pertama nilainya Rp 3,5 miliar.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News