Ini Alasan Astra International (ASII) Kerek Capex Tahun 2022



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) siap menganggarkan belanja modal atau capital expenditure (capex) dalam rentang Rp 18 triliun-Rp 20 triliun untuk tahun 2022. Nilai tersebut hampir mendekati anggaran capex ASII sebelum pandemi Covid-19 bergulir.

Presiden Direktur ASII Djony Bunarto mengungkapkan, pada tahun 2019 silam, belanja modal ASII ada di kisaran Rp 21 triliun. Namun, selama pandemi, yang dimulai pada tahun 2020, capex ASII hanya Rp 8 triliun. Kemudian, capex ASII mulai naik menjadi Rp 9,2 triliun di tahun lalu.

"Tahun ini rencana (capex) kami Rp 18 triliun-Rp 20 triliun, jadi boleh dikatakan sebetulnya belanja modal kami sudah hampir satu level dengan belanja modal sebelum pandemi," jelas Djony dalam konferensi pers RUPST virtual, Rabu (20/4).


Djony bilang, hal ini sejalan dengan geliat bisnis di Grup Astra, yang mana ketika kondisi masyarakat dan pandemi sudah terkendali menjadi endemi, pihaknya optimistis ekonomi Indonesia akan memberikan efek yang baik bagi Grup Astra.

Baca Juga: Akan Tebar Dividen, Yield Dividen Grup Astra International (ASII) Meningkat

Lebih lanjut, Djony menuturkan hampir semua lini bisnis akan didorong sama rata. Misalkan dari lini bisnis otomotif, meski insentif pajak barang mewah yang ditanggung pemerintah dari 2021 berbeda dengan tahun ini, tetapi penjualannya cukup baik.

"Di empat roda cukup baik, walaupun insentif pajak barang mewah yang ditanggung pemerintah berbeda 2021, tetapi kami melihat penjualannya cukup baik, walaupun supply menjadi kesulitan kemungkinan rasanya tidak terlalu besar," paparnya.

Pada segmen roda dua, Djony menilai dengan kenaikan harga komoditas seperti CPO, yang meningkat tentunya akan mendorong daya beli masyarakat. Selain itu, dari sisi PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan adanya kenaikan harga batubara dan pengupasan tanah yang cukup baik akan mendorong kinerja ASII tahun ini.

 
ASII Chart by TradingView

Sementara itu, ASII menyasar beberapa peluang bisnis baru, setidaknya lima ada sektor bisnis yang akan dikembangkan untuk mendukung bisnis perseroan. Mulai dari teknologi, jasa keuangan, kesehatan, mobilitas, dan energi baru terbarukan (EBT).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari