KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Dunia merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk tahun ini. Jika di bulan Juni lalu, Bank Dunia masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa 0%, kini dalam laporan terbarunya, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia bisa kontraksi antara 1,6% hingga 2% secara tahunan (yoy). Bank Dunia beralasan, kontraksi ekonomi Indonesia terjadi karena penanganan pandemi dari sisi kesehatan belum maksimal.
Chief Economist for East Asia and Pasific World Bank Aaditya Mattoo menjelaskan, pemerintah Indonesia belum sukses mengatasi pandemi virus corona. Menurut dia, Indonesia adalah salah satu negara di kawasan Asia Pasifik yang belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan ekonomi dalam waktu dekat.
Mattoo bahkan menyebut kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan pemerintah setempat, kurang efektif. Sehingga justru memperburuk
outlook pemulihan ekonomi Indonesia.
Baca Juga: Wamenkeu Suahasil: Ekonomi kuartal III-2020 akan membaik “Indonesia belum menerapkan isolasi secara ketat, dan nampaknya lebih mengandalkan kebijakan-kebijakan yang lebih ringan,” kata Matto dalam Konferesi Pers via daring, Selasa (29/9). Alhasil, Bank Dunia memprediksi pemulihan ekonomi Indonesia akan lebih lambat dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Pasifik. Mattoo menambahkan, ekonomi di negara Asia Pasifik seperti Filipina sudah mulai berjalan, meski tekanan sentimen
demand global masih menghantui di sepanjang tahun ini. Lebih lanjut dia bilang, untuk menjaga ekonomi Indonesia di tahun ini, pemerintah perlu melakukan reformasi fiskal, dengan memperbesar belanja. Utamanya, digunakan untuk stimulus perlindungan sosial. Dalam situasi pandemi seperti ini, perlindungan sosial memberikan dampak nyata terhadap ekonomi dalam negeri. Dus, memitigasi dampak langsung dari krisis serta membantu para pekerja yang terdampak pandemi, terutama kepada masyarakat miskin dan menengah. Adapun Bank Dunia memprediksi ekonomi negara-negara di kawasan Asia Pasifik secara rata-rata kontraksi 0,9% hingga 3,5% di akhir tahun ini. “Negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik perlu memperkuat reformasi di bidang perdanganan, terutama sektor layanan yang masih diberikan perlindungan, sektor keuangan, transportasi, dan komunikasi,” ujar Mattoo. Sebelumnya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, proyeksi pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2020 bakal minus 0,6% yoy bahkan bisa kontraksi hingga 1,7% yoy.
Baca Juga: Penjelasan Gubernur BI terkait kelanjutan burden sharing Proyeksi pemerintah di akhir tahun ini sejalan dengan beberapa lembaga internasional yang meramal ekonomi Indonesia berada di zona negatif antara lain The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) -3,3%, Asian Develompment Bank (ADB) -1%, Bloomberg -1%, International Monetay Fund (IMF) kontraksi 0,3%. “
Negative teritory akan terjadi di kuartal III dan mungkin masih berlangsung di kuartal IV yang kita upayakan akan tetap dekat dengan 0% di level positif. Semua forecast ini bagaimana perkembangan kasus Covid-19 dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pesr APBN, Selasa (22/9).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari