KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memandang laju penurunan suku bunga kredit perbankan belum sesuai harapan. Pasalnya, sejak Juni 2019 lalu bank sentral sudah memangkas suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) sebesar 225 basis poin (bps) ke level 3,5%. Catatan BI menunjukkan sejak bulan Juni 2019 penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan secara rata-rata baru turun 116 bps. Praktis, hal ini menyebabkan spread SBDK BI7DRR cenderung melebar dari 5,27% pada Juni 2019 menjadi 6,36% per Desember 2020. Menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede sejatinya suku bunga kredit pergerakannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, biaya dana atau cost of fund (COF) yang dipengaruhi oleh kondisi likuiditas sektor perbankan. Kedua, overhead margin cost perbankan dan ketiga adalah risk premium yang terindikasi dari kondisi risiko kredit perbankan.
Ini alasan bank sulit menurunkan suku bunga kredit menurut ekonom
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memandang laju penurunan suku bunga kredit perbankan belum sesuai harapan. Pasalnya, sejak Juni 2019 lalu bank sentral sudah memangkas suku bunga acuan BI 7-day reverse repo rate (7DRR) sebesar 225 basis poin (bps) ke level 3,5%. Catatan BI menunjukkan sejak bulan Juni 2019 penurunan suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan secara rata-rata baru turun 116 bps. Praktis, hal ini menyebabkan spread SBDK BI7DRR cenderung melebar dari 5,27% pada Juni 2019 menjadi 6,36% per Desember 2020. Menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede sejatinya suku bunga kredit pergerakannya sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, biaya dana atau cost of fund (COF) yang dipengaruhi oleh kondisi likuiditas sektor perbankan. Kedua, overhead margin cost perbankan dan ketiga adalah risk premium yang terindikasi dari kondisi risiko kredit perbankan.