JAKARTA. Kontribusi perbankan nasional dalam pembiayaan infrastruktur di Indonesia masih jauh dari harapan. Kondisi ini tak lepas dari dua kendala utama yang dihadapi perbankan. Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, likuiditas yang terbatas membuat kemampuan bank untuk menyalurkan pembiyaan ke infrastruktur tidak maksimal. Besarnya dana untuk pembiayaan infrastruktur tidak sesuai dengan pasokan likuiditas perbankan. Budi bilang, secara umum infrastruktur utama yang harus dibangun antara lain jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, bandara, air, listrik, dan telekomunikasi. "Contohnya jika PLN hendak membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt, diperlukan biaya setidaknya Rp 910 triliun," katanyaa, Kamis (2/4).
Ini alasan bank tak maksimal biayai infrastruktur
JAKARTA. Kontribusi perbankan nasional dalam pembiayaan infrastruktur di Indonesia masih jauh dari harapan. Kondisi ini tak lepas dari dua kendala utama yang dihadapi perbankan. Direktur Utama Bank Mandiri Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, likuiditas yang terbatas membuat kemampuan bank untuk menyalurkan pembiyaan ke infrastruktur tidak maksimal. Besarnya dana untuk pembiayaan infrastruktur tidak sesuai dengan pasokan likuiditas perbankan. Budi bilang, secara umum infrastruktur utama yang harus dibangun antara lain jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, bandara, air, listrik, dan telekomunikasi. "Contohnya jika PLN hendak membangun pembangkit listrik 35.000 megawatt, diperlukan biaya setidaknya Rp 910 triliun," katanyaa, Kamis (2/4).