KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan telah melaporkan kinerja hingga kuartal III-2022. Sebagian besar tetap melanjutkan pertumbuhan positif, baik karena ditopang kenaikan pendapatan bunga, pertumbuhan pendapatan non bunga, atau penurunan biaya provisi. Sementara jika menelusuri laporan keuangan bank-bank besar dan menengah, perbandingan atau rasio laba bersih terhadap pendapatan operasional (akumulasi pendapatan bunga bersih dan pendapatan non bunga) tertinggi dicatatkan oleh PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Ini menunjukkan bahwa BCA merupakan bank paling efisien di Tanah Air. Hampir separuh dari pendapatan operasional yang didapat bank ini bisa dibukukan sebagai laba bersih.
Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, BCA membukukan laba bersih Rp 29 triliun. Sedangkan pendapatan operasionalnya mencapai Rp 62,75 triliun. Artinya rasio laba bersihnya mencapai 46,1%. Ini meningkat dari periode yang sama tahun lalu sebesar 40,2% dan bahkan telah melampaui tahun 2019 (periode sebelum pandemi Covid-19) yang baru mencapai 40,1%.
Baca Juga: Tumbuh 18,6%, Pembiayaan ESG BCA Tembus Rp 172,7 Triliun per September 2022 Rasio laba terhadap pendapatan operasi itu konsisten meningkat dari kuartal per kuartal tahun ini yakni 39,5% pada triwulan pertama, lalu 48,7% pada kuartal II dan 49,8% pada triwulan ketiga. Adapun laba bersih Bank Mandiri yang mencapai Rp 30,6 triliun pada sembilan bulan tahun ini baru 33,7% dari total pendapatan operasinya. Namun, rasio tersebut meningkat cukup besar dari periode yang sama tahun lalu sebesar 24,5% dan melampaui rasio laba tahun 2019 yang mencapai 31%. PT Bank Negara Indonesia (BNI) mencatatkan rasio
net profit terhadap
operating income sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini 30%. Capaian ini naik dari 18,6% pada periode yang sama 2021. Rasio laba bersih PT CIMB Niaga Tbk terhadap
operating income-nya hingga kuartal III tahun ini mencapai 27%, naik dari 23,6% pada Januari-September 2021. Pada tahun 2018 sebesar 22% dan tahun 2019 mencapai21,9%. Budi Frensidy Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia (UI) menilai tingginya rasio laba bersih terhadap pendapatan operasi bank dipengaruhi beberapa faktor.
Pertama, didorong oleh tingginya rasio dana murah atau
current account and saving account (CASA) bank.
Kedua, besarnya
fee based income, termasuk pendapatan lain seperti hasil investasi. "Dan ketiga, kemampuan bank melakukan efisiensi biaya, terutama dari biaya Sumber Daya Manusia (SDM)," kata Budi pada Kontan.co.id, Jumat (4/11). Sementara Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan memandang tingginya rasio laba BCA karena adanya efisiensi di sisi biaya operasional.
Menurutnya, BCA sangat efisien terutama didukung dengan transformasi digital perseroan yang berjalan baik di samping struktur dana yg didominasi dana murah.
"Dengan platform digital operasional maka biaya operasional bank dapat ditekan sehingga berdampak pada peningkatan laba," jelas Trioksa. Per September 2022, rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) BCA memang tercatat cukup rendah yakni 48,55%. Ini menunjukkan bahwa bank ini sangat efisien dalam mengelola operasionalnya. Rasio tersebut turun dari 54,29% pada periode yang sama tahun lalu. Adapun BOPO Bank Mandiri mencapai 67,26%, turun dari 80,03% pada September 2021 dan CIMB Niaga turun dario 78,61% menjadi 73,45%. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari