JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat, pergerakan rupiah pada tahun depan akan berada pada kisaran 11.900-12.100 per dollar Amerika Serikat (AS). BI memiliki berbagai alasan atas prediksinya tersebut. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sudah menunjukkan tanda positif dengan mencatat surplus pada triwulan I 2014 sebesar US$ 2,07 miliar. Hanya saja, neraca transaksi berjalan masih mengalami defisit yaitu sebesar US$ 4,19 miliar.Neraca transaksi berjalan yang masih defisit inilah yang masih harus diperbaiki. "Transaksi berjalan perlu disehatkan," ujar Agus dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mengenai asumsi makro 2015 di Jakarta, Rabu (2/7).Di sisi lain, ada potensi arus modal keluar alias capital outflow dari Indonesia akibat adanya perbaikan ekonomi negara Amerika. Bank Sentral Amerika The Fed disinyalir akan menaikkan suku bunga acuannya pada tahun depan sehingga ada potensi outflow.Negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang bermental kurang kuat karena adanya defisit transaksi berjalan serta inflasi yang tinggi berisiko terhadap outflow. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh terhadap nilai tukar.Adapun pemerintah sendiri melihat rupiah pada tahun 2015 berada pada level yang lebih optimis yaitu 11.500-12.000. Komisi XI pun akhirnya menyepakati asumsi rupiah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 berada pada kisaran 11.500-12.100. Kisaran ini selanjutnya akan dibawa dalam rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini alasan BI atas prediksi rupiah tahun depan
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) melihat, pergerakan rupiah pada tahun depan akan berada pada kisaran 11.900-12.100 per dollar Amerika Serikat (AS). BI memiliki berbagai alasan atas prediksinya tersebut. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) sudah menunjukkan tanda positif dengan mencatat surplus pada triwulan I 2014 sebesar US$ 2,07 miliar. Hanya saja, neraca transaksi berjalan masih mengalami defisit yaitu sebesar US$ 4,19 miliar.Neraca transaksi berjalan yang masih defisit inilah yang masih harus diperbaiki. "Transaksi berjalan perlu disehatkan," ujar Agus dalam rapat kerja dengan Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI mengenai asumsi makro 2015 di Jakarta, Rabu (2/7).Di sisi lain, ada potensi arus modal keluar alias capital outflow dari Indonesia akibat adanya perbaikan ekonomi negara Amerika. Bank Sentral Amerika The Fed disinyalir akan menaikkan suku bunga acuannya pada tahun depan sehingga ada potensi outflow.Negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang bermental kurang kuat karena adanya defisit transaksi berjalan serta inflasi yang tinggi berisiko terhadap outflow. Hal ini tentu akan memberikan pengaruh terhadap nilai tukar.Adapun pemerintah sendiri melihat rupiah pada tahun 2015 berada pada level yang lebih optimis yaitu 11.500-12.000. Komisi XI pun akhirnya menyepakati asumsi rupiah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2015 berada pada kisaran 11.500-12.100. Kisaran ini selanjutnya akan dibawa dalam rapat Badan Anggaran (Banggar) DPR. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News