Ini Alasan BI Pertimbangkan Pangkas Biaya Transfer BI-Fast



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia (BI) mulai membuka kemungkinan untuk memangkas biaya transfer BI-Fast menjadi lebih murah. Ini sejalan dengan peningkatan transaksinya yang semakin tinggi. Adapun saat ini, skema harga BI-Fast yang sudah ditetapkan adalah sebesar Rp 2.500.  

Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia Filianingsih Hendarta mengatakan, transaksi BI-Fast terus tumbuh sejak diimplementasikan hingga saat ini.

Berdasarkan data BI, total transaksi BI-Fast telah mencapai 127,8 juta transaksi hingga Juni 2022. Adapun di periode bulan Juni saja mencapai 40,1 juta transaksi atau tumbuh 78% dari bulan sebelumnya. Fili bilang, pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan transaksi di beberapa bank karena pembukaan layanan BI-Fast pada kanal-kanal utama mereka, khususnya mobile banking.


"Semakin tingginya pertumbuhan transaksi BI-Fast maka akan memberikan potensi yang lebih besar untuk penurunan tarifnya. Hal ini tentunya dilakukan untuk memberikan manfaat yang lebih luas bagi masyarakat dan mendukung perkembangan ekosistem ekonomi keuangan digital yang inklusif," kata Fili pada KONTAN, Senin (18/7).

Baca Juga: Bank Indonesia Isyaratkan Biaya Transfer BI Fast Akan Turun dari Rp 2.500

Namun, ia tidak menyebutkan berapa idealnya penurunan biaya BI-Fast dengan peningkatan transaksi yang ditorehkan hingga Juni 2022 tersebut.

Dengan tarif saat ini sebesar maksimal Rp 2.500, Bank Indonesia membebankan biaya kepada peserta BI FAST sebesar Rp 19, sedangkan sisanya Rp 2.481 akan menjadi pendapatan bank sebagai issuer/pengirim. Sehingga dengan semakin meningkatnya transaksi BI-Fast, lanjut Fili, maka pendapatan perbankan juga akan kian meningkat.

Sejumlah bank menilai penurunan biaya BI-Fast itu bakal semakin menurunkan pendapatan fee based income (FBI) mereka. 

SVP Transaction Banking Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengatakan, pendapatan perseroan dari fee transaksi transfer online antara bank sebetulnya sudah mengalami penurunan yang relatif signifikan dengan adanya implementasi BI fast. 

"Sehingga penurunan biaya transaksi BI Fast akan semakin berdampak terhadap pendapatan bank," ujarnya.

Namun, ia juga mengakui bahwa transaksi BI-Fast di Bank Mandiri tumbuh sangat pesat. Pada awal diimplementasikan, transaksinya mencapai 500.000 sepanjang Desember 2021. Sementara sepanjang semester I 2022 sudah mencapai 94 juta transaksi dengan nilai sebesar Rp 289 triliun.

Senada, Andi Nirwoto Direktur Operation, IT and Digital Banking BTN mengatakan, pihaknya telah memperkirakan sejak awal bahwa implementasi BI-Fast akan menurunkan pendapatan berbasis komisi bank mengingat perbedaan tarif yang jauh lebih rendah dari biaya transfer online antara bank sebelumnya.

Apalagi dengan rencana penurunan layanan BI Fast ke depannya, maka pendapatan BTN akan semakin berkurang.

Baca Juga: Makin Diandalkan Nasabah, Transaksi Digital Banking Tumbuh Subur

Kendati begitu, BTN memperkirakan bahwa FBI terkait layanan, termasuk transfer antar bank masih tetap mengalami peningkatan. "Di luar BI-Fast, masih banyak berjalan berbagai pilihan layanan switching yang lain. Apalagi jumlah BI-Fast juga masih terus dikembangkan dan frekuensi transaksinya terus meningkat," kata Andi.

Untuk bisa jadi peserta BI-Fast, bank memang perlu menyiapkan infrastruktur konektor BI Fast yang butuh investasi besar. Andi menyebutkan total capex untuk investasi perangkat lunak dan perangkat keras yang menghubungkan sistem bank ke BI-Fast sekitar Rp 25 miliar - Rp 30 miliar.

Adapun volume transaksi BI-Fast di BTN pada Juni meningkat 130% dari bulan sebelumnya. Adapun rata-rata pertumbuhan volume transaksi setiap bulannya sejak awal diimplementasikan mencapai 65%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari