JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan memangkas suku bunga acuannya alias BI rate 25 bps menjadi 7,5%. Langkah ini dilakukan karena BI meyakini inflasi akan berada dalam level yang terkendali. Selain menurunkan BI rate, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Selasa (17/2) juga memutuskan menurunkan suku bunga Deposit Facility 25 bps menjadi 5,50%. Sementara itu, untuk Lending Facility tetap pada level 8,00%. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan pada data Januari kemarin tercatat adanya deflasi 0,24%. Hal ini sebagai akibat adanya perubahan signifikan pada kebijakan energi pemerintah. Sewaktu BI menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 7,75% pada bulan November 2014, sehari setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Menurut Agus, kenaikan suku bunga tersebut tanpa melihat adanya kebijakan pemerintah yang menetapkan subsidi tetap untuk solar dan melepas harga BBM premium menjadi harga pasar. Saat ini, kebijakan energi pemerintah telah berubah menjadi kebijakan yang positif. Penurunan signifikan yang terjadi pada harga minyak menyebabkan harga jual BBM premium turun dan inflasi secara year on year (yoy) atau tahunan turun ke 6,96% pada Januari 2015. "Target BI inflasi di 4% plus minus 1%. Estimasi kami bisa di level bawah dibanding level atas," ujar Agus, Selasa (17/2). Selain karena inflasi yang diperkirakan bisa terkendali, otoritas moneter ini juga melihat level BI rate 7,5% ini masih sejalan dengan kehati-hatian BI dalam menjaga defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan pada tahun ini diperkirakan sebesar 3%-3,1% karena impor belanja modal infrastruktur pemerintah bakal melejit. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan, arah kebijakan moneter BI ke depannya masih tetap akan berhati-hati. Persoalan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed adalah persoalan yang tidak ringan yang harus dihadapi ke depannya. Ketika ditanyakan apakah ada kemungkinan BI menaikkan kembali suku bunganya akibat kenaikan suku bunga Amerika nantinya, Mirza tidak dapat menjelaskan lebih lanjut. BI dalam hal ini akan terus memantau perkembangan data yang ada. Ekonomi negeri paman sam diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi tahun ini. Hal ini berbeda dengan ekonomi Jepang dan Tiongkok yang disinyalir akan tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini alasan BI turunkan suku bunga jadi 7,5%
JAKARTA. Bank Indonesia (BI) memutuskan memangkas suku bunga acuannya alias BI rate 25 bps menjadi 7,5%. Langkah ini dilakukan karena BI meyakini inflasi akan berada dalam level yang terkendali. Selain menurunkan BI rate, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Selasa (17/2) juga memutuskan menurunkan suku bunga Deposit Facility 25 bps menjadi 5,50%. Sementara itu, untuk Lending Facility tetap pada level 8,00%. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan pada data Januari kemarin tercatat adanya deflasi 0,24%. Hal ini sebagai akibat adanya perubahan signifikan pada kebijakan energi pemerintah. Sewaktu BI menaikkan suku bunga 25 bps menjadi 7,75% pada bulan November 2014, sehari setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Menurut Agus, kenaikan suku bunga tersebut tanpa melihat adanya kebijakan pemerintah yang menetapkan subsidi tetap untuk solar dan melepas harga BBM premium menjadi harga pasar. Saat ini, kebijakan energi pemerintah telah berubah menjadi kebijakan yang positif. Penurunan signifikan yang terjadi pada harga minyak menyebabkan harga jual BBM premium turun dan inflasi secara year on year (yoy) atau tahunan turun ke 6,96% pada Januari 2015. "Target BI inflasi di 4% plus minus 1%. Estimasi kami bisa di level bawah dibanding level atas," ujar Agus, Selasa (17/2). Selain karena inflasi yang diperkirakan bisa terkendali, otoritas moneter ini juga melihat level BI rate 7,5% ini masih sejalan dengan kehati-hatian BI dalam menjaga defisit transaksi berjalan. Defisit transaksi berjalan pada tahun ini diperkirakan sebesar 3%-3,1% karena impor belanja modal infrastruktur pemerintah bakal melejit. Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara menjelaskan, arah kebijakan moneter BI ke depannya masih tetap akan berhati-hati. Persoalan kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika The Fed adalah persoalan yang tidak ringan yang harus dihadapi ke depannya. Ketika ditanyakan apakah ada kemungkinan BI menaikkan kembali suku bunganya akibat kenaikan suku bunga Amerika nantinya, Mirza tidak dapat menjelaskan lebih lanjut. BI dalam hal ini akan terus memantau perkembangan data yang ada. Ekonomi negeri paman sam diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi tahun ini. Hal ini berbeda dengan ekonomi Jepang dan Tiongkok yang disinyalir akan tumbuh lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News