KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memproyeksi, kredit di tahun 2023 bakal naik lebih tinggi dari tahun ini. Momentum pemulihan ekonomi diproyeksi masih akan tetap berlanjut. Tahun ini, BRI tetap mempertahankan target kredit tumbuh di kisaran 9%-11%. Target ini diperkirakan masih akan ditopang dari segmen mikro dan ultra mikro. "Kami memproyeksikan momentum pemulihan ekonomi akan berlanjut pada tahun depan. Oleh karena itu, BRI optimistis pertumbuhan kredit tahun depan dapat lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini," kata Aestika Oryza Gunarto Sekretaris Perusahaan BRI pada Kontan.co.id. Kamis (15/9).
Ia bilang, hal tersebut juga didukung oleh faktor industri perbankan yang saat ini berada pada kinerja yang solid, memiliki likuiditas yang memadai, modal yang kuat dan kualitas kredit yang terjaga. BRI saat ini juga sudah melakukan pencadangan yang cukup besar terhadap
Non Performing Loan (NPL). Sehingga perseroan sudah memiliki bantalan yang cukup jika kebijakan restrukturisasi Covid-19 akan dinormalkan tahun depan.
Baca Juga: Dirut BRI Ungkap Komitmen BRI Berikan Dividen Optimal Kepada Pemegang Saham BRI telah menyiapkan
soft landing strategy, serta mempersiapkan pencadangan yang cukup, dimana hal tersebut tercermin dari NPL Coverage 266,3% pada akhir Juni 2022. Aestika menambahkan, pendorong utama pertumbuhan kredit BRI masih pada segmen UMKM, utamanya segmen ultra mikro dan mikro yang di yakini dapat tumbuh double digit. Sebelumnya, Sunarso Direktur Utama BRI, mengatakan BRI saat ini memiliki tiga kekuatan untuk terus mencatatkan pertumbuhan bisnis dalam dua tiga tahun ke depan. Pertama, perseroan memiliki sumber pertumbuhan baru lewat pembentukan holding ultra mikro. Menurut dia, holding tersebut tidak hanya menjadi sumber pertumbuhan kredit tetapi juga sumber kenaikan CASA. Kedua, BRI memiliki kecukupan modal yang kuat ditandai dengan
Capital Adequacy Ratio (CAR) 25% per Juni 2022. Padahal modal yang sehat sebenarnya hanya membutuhkan CAR 17%-18%.Dengan kelebihan modal ini, BRI masih cukup kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnis dalam 2 tahun-3 tahun ke depan. Ketiga, likuiditas BRI masih sangat ample sejalan dengan rasio dana murah yang tinggi yakni 65,1% per Juni.
Tahun ini, BRI menargetkan rasio keuangan akan semakin membaik. Biaya
overhead diproyeksikan ada di kisaran 6%-8% dan
non performing loan (NPL) 2,8%-3%, Net Interest Margin (NIM) 7,7%-7,9% dan target
cost of credit (CoC) 2,7%-2,9%. Sementara untuk perolehan laba bersih, BRI optimis bisa mengantongi keuntungan tidak kurang dari Rp 40 triliun tahun ini. Sepanjang semester I, perseroan sudah meraup Rp 24 triliun lebih. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari