KONTAN.CO.ID - Menurut data resmi, bisnis asing ramai-ramai menarik dananya dari China. Ada beberapa alasan yang mendasari hal tersebut. Beberapa di antaranya yakni munculnya kekhawatiran terhadap perlambatan perekonomian China, suku bunga rendah, dan ketegangan dengan AS. Faktor-faktor tadi mendorong perusahaan-perusahaan asing mempertimbangkan pasar alternatif untuk mencari keuntungan.
Pertemuan pada pekan ini antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Joe Biden sangat dinantikan. Akan tetapi, dunia usaha sudah mempersiapkan situasi ini dengan langkah hati-hati. Melansir
Express.co.uk, Nick Marro dari Economist Intelligence Unit mencatat bahwa kekhawatiran terhadap risiko geopolitik, ketidakpastian kebijakan, dan pertumbuhan yang lebih lambat mendorong perusahaan untuk mencari opsi lain. "Kekhawatiran seputar risiko geopolitik, ketidakpastian kebijakan dalam negeri, dan pertumbuhan yang lebih lambat mendorong perusahaan untuk memikirkan pasar alternatif," jelas Marro. Data menunjukkan, dalam tiga bulan menjelang bulan September, China mengalami defisit investasi asing sebesar US$ 11,8 miliar. Ini merupakan penurunan pertama kalinya sejak pencatatan dimulai pada tahun 1998.
Baca Juga: Bertemu di AS, Jokowi Minta Presiden AS Joe Biden Hentikan Perang Israel - Palestina Hal ini menunjukkan bahwa alih-alih menginvestasikan kembali keuntungan di China, perusahaan-perusahaan asing malah memilih untuk memindahkan uang mereka ke luar negeri. Faktor lainnya yang juga berperan adalah suku bunga acuan. China biasanya lebih menonjol karena kerap menurunkan biaya pinjaman saat banyak negara lain, menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi. Mengutip
BBC, banyak bank sentral besar, termasuk Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa, telah menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi. Biaya pinjaman yang lebih tinggi, yang menjanjikan imbal hasil yang lebih tinggi, inilah yang menarik modal asing. Sebaliknya, pemerintah China telah memangkas biaya pinjaman untuk mendukung perekonomian dan industri properti yang sedang kesulitan. Yuan telah terdepresiasi lebih dari 5% terhadap dolar dan euro tahun ini. "Mereka yang memiliki kelebihan uang tunai dan pendapatan di China semakin banyak yang mentransfer dana ini ke luar negeri, sehingga mereka akan memperoleh hasil investasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan investasi di China," jelas Kamar Dagang Uni Eropa di China.
Baca Juga: Biden dan Xi Akan Bahas Komunikasi dan Persaingan di KTT APEC Menurut Michael Hart, Presiden Kamar Dagang Amerika di China, beberapa perusahaan telah menarik pendapatan mereka dari China sebagai bagian dari siklus jangka panjang dalam mengambil keuntungan setelah proyek mereka mencapai skala dan profitabilitas tertentu. “Penarikan keuntungan tidak selalu menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tidak senang dengan China, namun investasi mereka di sini telah matang,” urainya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Barratut Taqiyyah Rafie