Ini alasan Golkar bertahan di KMP



BADUNG. Partai Golkar memastikan akan terus bergabung dalam Koalisi Merah Putih (KMP) yang berada di luar pemerintahan. Golkar mengakui tidak ada figur tokoh yang mampu menyaingi popularitas Joko Widodo. Karena itu, Golkar memilih tetap berada di luar pemerintahan.

Ketua Steering Comittee Munas IX, yang juga Ketua DPP Partai Golkar Nurdin Halid, menekankan keputusan partai saat itu memilih berada di luar pemerintahan lantaran Golkar tidak ingin berada di bawah kendali partai lain. Ia pun menyebut Golkar akan hancur jika berada di pemerintahan.

"Kalau kita masuk ke dalam pemerintahan, bukan kejayaan partai yang kita tunggu, tapi kehancuran yang kita rasakan," kata Nurdin dalam sebuah rekaman yang diduga dalam rapat internal di Nusa Dua, Bali, Senin (1/12).


Lebih jauh, Nurdin bahkan menyebut di partai tidak ada satu pun figur atau tokoh yang dapat menandingi Jokowi dalam hal popularitas.

"Siapa kader Golkar yang potensial, memiliki kapasitas tinggi ingin menjadi ketua umum yang merakyat, gaya kepemimpinan disukai rakyat, siapa yang bisa menyaingi Jokowi? Gak ada biar satu. Gak ada," kata NurdinĀ 

Ucapan Nurdin itu berasal dari rekaman yang tersebar di lingkungan jurnalis. Nurdin juga menyebut Golkar akan menjadi partai yang berada di bawah kontrol PDI-P jika masuk di pemerintahan.

"Gak mungkin kita bisa mengembalikan kejayaan partai. Jadi, dikaji, di situ KMP harus solid. KMP siapa? Ada Prabowo, Amien Rais, Hatta Rajasa, Anis Matta, dan Suryadharma Ali waktu itu," kata Nurdin.

Tak hanya itu, Nurdin juga mengutarakan saat ini di Partai Golkar tidak ada figur yang dapat menjadi pemersatu selain Aburizal Bakrie. Ia pun kembali mengarahkan peserta rapat tersebut untuk memilih Aburizal untuk keselamatan partai.

"Untuk saat ini, dibutuhkan figur pemersatu dan pada satu itu dipilih ketum kita, Pak ARB. Apakah KMP bisa solid kalau bukan ARB? Kesimpulan kawan-kawan gak mungkin solid. Kalau ketum bukan ARB, gak mungkin Prabowo mau kasih Golkar ketua presidium," ucap Nurdin lagi. (Ihsanuddin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sanny Cicilia