Ini alasan harga CPO tak kunjung menanjak



JAKARTA. Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) terkepung serangkaian sentimen negatif. Penurunan harga ini dinilai masih akan berlangsung dalam jangka pendek.

Mengutip Bloomberg, Selasa (24/2) pukul 16.40, kontrak pengiriman CPO bulan Mei 2015 di Malaysia Derivatives Exchnage (MDE) berada di level RM 2.241 per metrik ton.

Harga CPO naik tipis 0,08% dibanding hari sebelumnya. Kontrak berjangka ini sempat turun 1% dibanding hari sebelumnya dan menetap di level RM 2.216 per metrik ton. Ini merupakan kontrak teraktif dengan level terendah sejak 5 Februari 2015. Dalam sepekan terakhir, harga CPO telah anjlok 1,96%.


Berdasarkan catatan Bloomberg, harga CPO naik 3,5% dalam sebulan ini. Namun, CPO tergerus 2% sepanjang tahun ini. “Penurunan harga CPO mengikuti penurunan minyak kedelai. Itulah yang menyebabkan sedikit momentum downside untuk CPO” ungkap David Ng, spesialis derivatif Philip Futures mengatakan melalui telepon kepada Bloomberg.

Di sisi lain, lanjut David Ng, permintaan dari China tidak begitu besar pada saat Tahun Baru Imlek. Sebab, China masih memiliki stok CPO. Untuk diketahui, pasar China masih merayakan libur Imlek hingga Selasa (24/2). Pasar China kembali buka pada Rabu (25/2).

Adapun faktor lain yang menggempur harga CPO adalah catatan SGS yang menyebutkan adanya penurunan permintaan dari China. Pengiriman CPO dari Malaysia ke China selama periode 1-20 Februari 2015 turun sebesar 72%. Data lain yang turut mendukung pelemahan CPO adalah data Intertek yang menyebutkan ekspor CPO Malaysia periode 1-20 Februari 2015 turun sebesar 3,6% dari periode yang sama bulan lalu menjadi 677.172 ton.

Deddy Yusuf Siregar, analis Fortis Asia Futures menjelaskan, harga CPO masih berpotensi melemah. Saat ini, masyarakat lebih memilih menggunakan kedelai untuk pembuatan minyak sayur karena harga kedelai yang lebih murah. Selain itu, Malaysia Palm Oil Board (MPOB) berencana memberlakukan kembali pajak ekspor CPO sebesar 4,5% pada bulan Maret. Namun besaran pajak keluar ini belum final.

“Turunnya ekspor CPO Malaysia tidak diimbangi dengan produksi. Tahun ini, produksi CPO Indonesia dan Malaysia diperkirakan meningkat,” ujar Deddy.

Produksi CPO Indonesia dan Malaysia tahun ini diperkirakan meningkat menjadi 51,1 juta ton. Pada tahun lalu, produksi CPO kedua produsen terbesar ini hanya mencatatkan angka 49,2 juta ton.

Dian Agustina, analis MNC Securities menuturkan, tren penurunan harga CPO masih terjaga selama harga minyak dunia rapuh. Penurunan harga minyak dunia akan mengurangi permintaan terhadap CPO, sehingga energy alternatif biofuel tak kunjung berjalan.

Secara teknikal, Deddy melihat harga CPO masih kesulitan menanjak. Kalaupun ada kenaikan jangka pendek, itu hanya merupakan faktor technical rebound semata. Harga berada di atas moving average 50 namun masih terperangkap di bawah moving average 100 dan 200. Moving average convergence divergence (MACD) berada di area positif 6. Indikator stochastic berada di level 58%. Sementara relative strength index (RSI) berada di area 47%. Pergerakan di bawah level 50% menunjukkan tren penurunan yang masih terbuka.

Deddy memprediksi harga CPO sepekan mendatang terbentang di kisaran RM 2.100-RM 2.350 per metrik ton. Sementara Dian menduga harga CPO bergerang di range RM 2.200-RM 2.280 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Uji Agung Santosa