Ini alasan Kemtan masih mengimpor daging kerbau di tahun 2019



KONTAN.CO.ID - BOGOR. Pemerintah masih impor daging kerbau dari India sebanyak 100.000 ton di tahun 2019. Hal ini dinilai lantaran kebutuhan akan daging di dalam negeri masih kurang.

Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, I Ketut Diarmita, konsumsi daging di Indonesia tidak tercukupi oleh produksi sapi lokal dalam negeri.

“Kita kekurangan pasokan daging sekitar 33 % dari total kebutuhan. Maka dari ini, kita penuhi melalui impor bakalan, daging sapi beku dan daging kerbau,” kata Ketut di Bogor, Kamis (20/12).


Ketut menyampaikan bahwa pemotongan sapi lokal hanya mampu mencukupi 67% kebutuhan masyarakat Indonesia. Hal ini berarti sisa kebutuhan mengharuskan untuk impor.

“Kita memotong sapi lokal per tahun kurang lebih 2,3 juta ekor atau sekitar 67% dari kebutuhan nasional,” jelasnya.

Menurut Ketut hal ini berarti Kemtan harus mampu untuk meningkatkan produksi sapi dengan program-program yang selama ini dinilai berhasil. Misalkan saja, Upaya Khusus sapi indukan wajib bunting (upsus siwab).

“Kita harus mampu membuat loncatan populasi sapi dengan program-program unggulan misalkan upsus siwab dan melarang pemotongan sapi betina produktif,” ujarnya.

Saat ini program upsus siwab dianggap cukup sukses dengan penemuan ras-ras sapi baru untuk sapi potong di Indonesia seperti misalkan Belgian Blue, Wagyu dan Galaxian Blonde. Selain itu untuk sapi-sapi lokal, diharapkan mutu genetikanya dapat ditingkatkan.

“Kita juga akan meningkatkan mutu genetik serta produksi plasmanutfah kita, seperti sapi Bali, Aceh, Madura dan juga termasuk peningkatan populasi kerbau,” jelasnya.

Ketut berharap di tahun 2019, populasi sapi di Indonesia dapat meningkat guna mengurangi ketergantungan impor sapi dan kerbau. Ia tahun 2019 populasi sapi di Indonesia 20 juta ekor, dimana saat ini jumlah sapi berkisar 19 juta ekor.

Hal senada juga disampaikan oleh Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, ia sepenuhnya mendukung Dirjen PKH dalam pengembangan upsus siwab dengan metode IB (Inseminasi Buatan) yang dinilai mampu memperbaiki genetika sapi.

“Kita dukung peternakan tahun depan dengan IB (inseminasi buatan). Kita saat ini ada kelahiran sapi 2 juta lebih per tahun,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Yudho Winarto