Ini alasan Kertajati dipilih jadi lokasi pendaratan 69 WNI kapal Diamond Princess



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menjelaskan alasan mengapa Bandara Kertajati, Jawa Barat dipilih sebagai tempat untuk mendaratnya pesawat Garuda Indonesia yang memulangkan 69 WNI Anak Buah Kapal Diamond Princess dari Yokohama, Jepang.

Budi mengatakan, salah satu alasan adalah karena pergerakan pesawat di Bandara Kertajati yang tidak terlalu banyak. "Movement disini paling sedikit, jadi sangat memungkinkan untuk dilakukannya pendaratan di sini," ujar Budi dalam keterangan tertulis, Minggu (1/3).

Baca Juga: Dampak corona merembet kemana-mana, pengusaha minta insentif tak hanya ke pariwisata


Dia juga mengatakan pemilihan ini melihat waktu penerbangan terakhir di Baandara Kertajati. Menurutnya,  penerbangan terakhir di Bandara Kertajati adalah pukul 9 malam, sementara pendaratan pesawat Garuda yang membawa 69 WNI sekitar pukul 23.00 WIB.

Lokasinya yang luas pun menjadi alasan lain. Budi mengatakan dengan lokasi yang luas, maka tidak akan mengganggu lalu lintas penerbangan.

"Tempatnya luas. Jadi selama 3 hari, pesawat itu tidak bergerak dari tempatnya karena ada sterilisasi oleh Kementerian Kesehatan. Kalau di tempat  lain, tempatnya penuh semua," kata Budi.

Rencananya, pesawat yang membawa 69 WNI Anak Buah Kapal Diamond Princess dari Yokohama, Jepang akan mendarat di Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati, Majalengka pada malam ini sekitar pukul 23.00 WIB.

Baca Juga: Dibayangi virus corona, IHSG diramal masih akan lesu di bulan Maret

Pesawat Garuda tersebut akan membawa 92 orang dengan rincian 69 ABK Diamond Princess diantaranya 2 wanita dan 67 pria, serta didampingi oleh 11 kru dan 12 tim pendamping.

Rencananya, setelah mendarat di Bandara Kertajati, 69 WNI tersebut diangkut menggunakan 5 bus RSPAD Gatot Subroto menuju ke PLTU Indramayu milik PT PLN, kemudian dievakuasi menggunakan KRI Suharso dari dermaga PLTU Indramayu ke Pulau Sebaru guna karantina kesehatan selama 14 hari mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Tendi Mahadi