Ini alasan Mitrabara Adiperdana (MBAP) proyeksikan volume produksi di 2021 turun



KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) masih berupaya mengerek kinerja bisnisnya di tahun depan. Meski demikian, perusahaan realiastis karena banyak tantangan yang akan menyelimuti industri batubara di masa mendatang.

Khoirudin, Direktur Utama MBAP mengatakan, pandemi Covid-19 turut berdampak bagi bisnis secara keseluruhan, termasuk batubara. "Harga Acuan Batubara (HBA) sepanjang tiga tahun ini turun, belum lagi ada ketidakpastian bisnis batubara di masa depan," kata dia saat paparan publik, Senin (7/12).

Alhasil, MBAP hanya mematok target produksi batubara sebanyak 3,5 juta ton untuk tahun depan. Jumlah ini turun 500.000 ton dari target tahun 2020 yang capai 4 juta ton. Selain itu, volume penjualan batubara perusahaan pun diprediksi hanya 3,4 juta ton. 


Asal tahu saja, volume penjualan batubara MBAP di akhir 2020 ditargetkan capai 3,9 juta ton. Walau begitu, manajemen mengakui sudah ada kontrak penjualan hingga kuartal I-2021, yang mencapai 1 juta ton.  

Baca Juga: Penjualan Mitrabara Adiperdana (MBAP) turun jadi US$ 159,66 Juta

Hingga kuartal III-2020, volume produksi dan penjualan MBAP tercatat, masing-masing 3,17 juta ton dan 2,99 juta ton. 

Hal tersebut membuat pendapatan bersih MBAP turun 18% secara tahunan menjadi US$ 159,66 juta. Untungnya, perusahaan masih dapat menjaga laba bersih yang hanya turun tipis 3,5% jadi US$ 25,53 juta.

"Dengan rencana penjualan yang sudah confirm tersebut, kami harapkan ada penguatan laba di kuartal keempat ini," terang Khoirudin. 

Berkaca pada tren bisnis batubara akhir-akhir ini, maka perusahaan tidak memproyeksikan pertumbuhan untuk volume produksi maupun penjualan di tahun depan.

Perusahaan akan berupaya memaksimalkan perolehan profit dari bisnis tambang tersebut, untuk itu besaran belanja modal di tahun depan diperkirakan tidak akan besar. Hanya berkisar US$ 1,8 juta sampai US$ 2 juta untuk menunjang kegiatan pertambangan batubara.

Sedangkan dari sisi tujuan pemasaran, MBAP akan meratakan segmen pasarnya. Seperti yang diketahui sampai dengan kuartal ketiga tahun ini porsi penjualan ke Korea Selatan mendominasi total pendapatan perseroan sebanyak 66%.

Sedangkan sisanya China sebanyak 12%, Filipina 10%, domestik sekitar 5% dan lainnya 7%. "Kami akan diverse pasar ke negara lainnya, mungkin China sekitar 30%, Korsel 20%-30%, kami juga akan ikut tender di Taiwan. Selain ekspor kami juga akan memaksimalkan potensi pasar domestik," urai Khoirudin.

Baca Juga: Saham emiten batubara mulai membara, saham emas terkulai lemas

Mengenai kebijakan Domestic Market Obligation (DMO), perusahaan berkomitmen dengan mengikuti tender dari grup usaha PLN. Khoirudin mengakui jumlah yang dimiliki perusahaan memang tidak terlalu besar, lantaran karakter produk batubara MBAP berkalori tinggi yang tidak banyak masuk demand PLN.

Lebih lanjut perseroan bilang, seperti tahun-tahun sebelumnya MBAP masih menunggu kejelasan peraturan DMO di tahun 2021 nanti. Selain mendorong usaha batubaranya, perseroan juga tengah menilik bisnis non batubara lewat anak usahanya PT Engie Cipta Tenaga Surya dan PT Mitra Malinau Energi yang masing-masing bergerak dibidang solar panel rooftop dan biomass power plant.

"Dalam satu dua tahun ke depan kami harapkan bisnis anak usaha ini dapat ditingkatkan, kami juga terus memantau kesempatan dari kedua bisnis ini," terang Khoirudin.

Hanya saja manajemen tak menerangkan target pencapaian kedua bisnis tersebut, dalam laporan keuangan kuartal ketiga belum dirincikan seberapa besar kontribusi bisnis non batubara itu.

Selanjutnya: Saham emiten batubara berseri-seri, analis: Investor boleh trading buy

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari