Ini Alasan Penawaran Lelang SBN Turun di Tiga Bulan Terakhir



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat investor terhadap surat utang negara (SUN) terus melandai dalam beberapa bulan terakhir. Investor dinilai lebih berhati-hati seiring banyaknya sentimen ketidakpastian.

Turunnya animo investor tercermin dari rendahnya penawaran masuk pada lelang Surat Berharga Negara (SBN) ataupun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Dalam tiga bulan terakhir, incoming bids alias penawaran masuk lelang terpantau terus berkurang.

Mengutip data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan (Kemenkeu), total penawaran masuk selama bulan September pada lelang SBN dan SBSN tercatat hanya sekitar Rp 108,03 triliun. Angka ini tidak termasuk penjualan SBN ritel SR019 ataupun bookbuilding SWR004.


Dengan demikian, penawaran masuk pada surat utang pemerintah (SBN dan SBSN) di bulan September lebih rendah dibandingkan penawaran masuk pada bulan Agustus sebesar Rp 130,65 triliun dan penawaran di bulan Juli sebesar Rp 136,864 triliun.

Pasar surat utang Indonesia juga ditinggalkan investor asing dengan membukukan outflow SBN sebesar Rp 23,30 triliun mtd per 29 September 2023. Aliran modal asing keluar dari SBN bulan lalu cukup deras, jika dibandingkan outflow Rp 8,89 triliun pada Agustus.

Chief Dealer Fixed Income & Derivatives PT Bank Negara Indonesia (BNI) Fudji Rahardjo mengamati, secara garis besar minat investor termasuk di pasar surat utang dipengaruhi oleh situasi global yang memang masih penuh ketidakpastian.

Baca Juga: Yield US Treasury dan SBN Turun Akibat Fenomena Flight to Safety

Hingga akhir September, potensi kenaikan suku bunga The Fed di akhir tahun ini masih cukup besar dan The Fed justru diproyeksi masih bertahan lebih lama dengan suku bunga tinggi pada tahun 2024. Di sisi lain, kondisi yield US Treasury 10 Tahun yang menyentuh level tertinggi 16 tahun terakhir telah berpengaruh pada sikap investor dalam negeri yang lebih berhati-hati.

Ditambah lagi, saat ini kondisi geopolitik makin berkecamuk bahkan ada konflik besar yang kembali terjadi antara Israel dan Hamas. Sehingga ini juga memberikan efek ketidakpastian pasar global semakin tinggi, walaupun sampai sekarang dampaknya diperkirakan masih temporer (sementara).

“Memang kondisi pasar global seperti yang dijelaskan di atas menjadi faktor utama rendahnya penawaran masuk ke lelang SUN di beberapa minggu terakhir. Hal itu dikarenakan pasar terlihat masih wait and see terhadap faktor-faktor tersebut,” jelas Fudji kepada Kontan.co.id, Rabu (11/10).

Fudji mengatakan, konflik geopolitik antara Israel – Palestina berdampak pada kondisi pasar yang mendorong risk appetite menjadi lebih buruk. Alhasil, investor banyak beralih kepada aset lindung nilai (safe haven) sambil mencermati perkembangan konflik lebih lanjut.

Dari pasar obligasi domestik, lelang SBSN atau sukuk terpantau sudah terkena imbasnya. Pada Selasa (10/10) kemarin, total penawaran masuk pada lelang Sukuk hanya tercatat Rp 10,75 triliun yang merupakan incoming bid dalam lelang SBN ataupun SBSN terendah sejak awal tahun 2023.

Baca Juga: Ini Mata Uang Safe Haven yang Paling Dilirik Saat Konflik Israel – Palestina Memanas

Fudji menilai, investor memang masih cenderung lebih memilih aset safe haven. Hal itu tercermin dari membaranya perseteruan antara Israel dan Palestina menyebabkan kecenderuangan penurunan yield US Treasury saat sedang naik tinggi.

Menurut Fudji, kondisi wait and see pasar diperkirakan masih terjadi hingga akhir tahun karena beberapa faktor yang telah disebutkan tadi. Walaupun sebenarnya pemerintah sendiri perlahan membatasi penerbitan surat utang melalui lelang karena kinerja APBN yang solid.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari