Ini alasan Pertamina belum turunkan harga LPG 12kg



JAKARTA. Indonesia Corruption Watch (ICW) pada Kamis (20/8) kemarin meminta PT Pertamina (persero) untuk menurunkan harga jual liquid petroleum gas (LPG/elpiji) 12 kg sesuai dengan harga keekonomian yang wajar. Di mana untuk bulan Agustus 2015 harga jual LPG 12 kg yang wajar adalah Rp 112.000 per tabung.

Saat ini, harga jual elpiji 12 kg Pertamina rata-rata adalah Rp 142 ribu per tabung di level Agen, atau setara dengan Rp 11.833 per kg. Menanggapi hal tersebut, VP Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan dalam penetapan harga elpiji 12 kg tidak bisa langsung dilakukan perubahan harga. Berdasarkan evaluasi pelaksanaannya, pola penyesuaian harga bulanan bisa menimbulkan gejolak harga di masyarakat dan jalur distribusi. "Di saat harga turun, masyarakat kurang merasakan dampaknya, dan jalur distribusi mengalami kerugian akibat sudah menebus harga tinggi dan menjual dengan harga yang lebih rendah. Sementara di saat harga naik, sektor usaha yang terkait elpiji serta konsumen rumah tangga paling merasakan dampaknya, yang pada akhirnya mendorong inflasi yang cukup tinggi," katanya, Jumat (21/8). Wianda juga menyebut pola konsumsi elpiji 12 kg berbeda dengan barang lainnya, di mana rata-rata penggunaan berdasarkan riset lembaga independen dikonsumsi lebih dari satu bulan untuk setiap tabungnya. Selain itu, rantai distribusi elpiji 12 kg melibatkan sub Agen dan warung tidak sesuai apabila dilakukan penyesuaian dalam periode yang lebih pendek. "Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dan untuk menjaga kondusifnya suasana menjelang Ramadan dan Idul Fitri, pasca penyesuaian harga elpiji 12 kg per 1 April 2015, Pertamina berusaha untuk menjaga kestabilan harga atau semaksimal mungkin tetap. Dengan begitu diharapkan tidak memberikan kontribusi inflasi tambahan," ujar Wianda. Menurutnya, upaya ini dilakukan perseroan sembari mengevaluasi pergerakan harga migas yang belum stabil dan penguatan kurs USD terhadap Rupiah. Selain itu juga untuk mengantisipasi musim akhir tahun di mana terjadi peningkatan konsumsi seperti yang terlihat di tahun-tahun sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan