Ini alasan Pertamina pilih Rosneft



JAKARTA. PT Pertamina (Persero) akhirnya menjatuhkan pilihan pada Open Joint-Stock Company Rosneft Oil Company dari Rusia sebagai mitra kerjasama pembangunan kilang di Tuban. Rosneft dipilih dari kandidat kuat lainnya yaitu Saudi Aramco, China National Offshore Oil Corporation/CNOOC, Kuwait Petroleum International/KPI, dan konsorsium PT TGC dan Thai Oil.

Direktur Utama Pertamina, Dwi Soetjipto mengatakan, pemilihan Rosneft dilakukan berdasarkan proses seleksi dengan merujuk pada enam faktor yang sesuai dengan kriteria sebagai mitra Pertamina dalam pembangunan Kilang Tuban.

Keenam faktor tersebut adalah kemampuan untuk menyuplai crude bagi kilang yang akan dibangun, dan memiliki struktur keuangan yang cukup kuat untuk melakukan investasi pembangunan kilang yang mencapai US$ 13 miliar. Selain itu, Rosnef berpengalaman dalam mengoperasikan kilang, merupakan perusahaan bertaraf internasional, menguasai teknologi pembangunan dan pengoperaaian kilang, dan mampu menjadi mitra startegis Pertamina untuk menyuplai crude untuk kebutuhan dalam negeri.


"Dalam proses seleksi tersebut, Rosneft telah menunjukan berbagai keunggulan untuk bermitra dengan Pertamina," kata Dwi pada Kamis (26/5).

Selain itu, Dwi juga menyebut alasan pemilihan Rosneft karena perusahaan asal Rusia tersebut merupakan salah satu perusahaan migas terbesar di dunia dengan pengalaman di bidang kilang yang sangat signifikan. Rosneft juga memberikan penawaran share bagi Pertamina untuk bisa berpartisipasi dalam investasi atau memiliki porsi produksi minyak mentah di Rusia.

"Rosneft juga menawarkan beberapa kebutuhan teknologi termasuk desain untuk pembangunan Kilang baru di Tuban sehingga bisa mempercepat pembangunan hingga tujuh sampai 12 bulan,"ungkap Dwi.

Maka, tidak heran jika Pertamina menargetkan pembangunan ini bisa lebih cepat. Dwi bilang proses feasibility study dan joint venture diharapkan bisa rampung pada tahun 2016 dan dilanjutkan proses teknis pada tahun depan. Sehingga pada tahun 2018 sudah bisa melakukan groundbreaking.

"Targetnya pada tahun 2021 sudah bisa onstream," kata Dwi.

Pembangunan Kilang Tuban yang terintegrasi dengan pabrik petrokimia ini sendiri sebelumnya ditargetkan selesai pada 2022. Kilang dengan kapasitas 300.000 barel per hari (bph) ini nantinya akan memasok kebutuhan dalam negeri dengan porsi produksi kilang terdiri dari gasoline sebesar 45%, diesel sebesar 30%-35%, dan untuk kebutuhan petrokimia sebesar 15%-20%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dupla Kartini