Ini alasan Roda Vivatex tinggalkan bisnis tekstil



JAKARTA. PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) yang sejatinya berkutat di bidang tekstil, kini banting stir ke bisnis properti. Apa yang melatarinya? Wiriady Widjaja, Direktur Utama RDTX menuturkan, bisnis tekstil yang digeluti perseroan dalam beberapa tahun terakhir terus mengalami peningkatan beban usaha. Sebut saja biaya bahan baku tekstil, tarif dasar listrik, hingga upah pekerja. Beberapa hal itulah yang menjadi alasan perseroan beralih ke bisnis properti dan menutup pabrik tekstil miliknya.

"Pabrik kami tutup, perusahaan kini fokus di properti," kata Wiriady pada KONTAN, Jumat (26/6). Penutupan pabrik telah disetujui Rapat Umum Pemegang Sahan (RUPS) 23 Juni tahun lalu. Sebelumnya perusahaan memiliki pabrik produksi kain di Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Sejatinya, diversifikasi usaha yang dilakukan oleh RDTX bukan baru dilakukan saat ini, melainkan sudah dimulai sejak 3 tahun lalu. Dimana anak usaha mereka yaitu PT Chitatex Peni, sudah bergerak di bisnis pada tahun 2012. Saat itu mereka membangun dan memiliki Menara Bank Danamon di Mega Kuningan. Mereka memperoleh pendapatan sewa dari gedung ini. RDTX pun mendirikan gedung Menara Standard Chartered di Karet Kuningan dan menyewakannya. Begitu pun , dengan gedung baru PHE Tower di TB Simatupang. Total saat ini perusahaan memiliki 3 gedung perkantoran dan pabrik kosong untuk disewakan. Wiriady mengatakan tingkat okupansi ketiganya sudah mencapai 90%. Di saat, pendapatan tekstil terus menurun, pendapatan bisnis properti terus meningkat. Pada 2014, pendapatan properti mencapai Rp 397,7 miliar atau setara dengan 92,18% dari total pendapatan. Pendapatan properti tersebut bertumbuh 19,28% dari 2013 yang sebesar Rp 333,4 miliar. Di sisi lain bisnis tekstil terus memberi tambahan beban, akhirnya perusahaan menutup pabrik tekstilnya di Juli 2014. Oleh sebab itu, perusahaan pun memutuskan untuk fokus sepenuhnya di properti dan tidak lagi melakukan kegiatan produksi tekstil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Editor: Hendra Gunawan