KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pertamina memastikan proyek Refinery Development Master Plant (RDMP) Kilang Cilacap tak lagi menggandeng Saudi Aramco sebagai
partner. Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Ignatius Talullembang menjelaskan, alasan Saudi Aramco mundur karena telah terjadi pemunduran jadwal proyek beberapa kali.
Baca Juga: Ada pandemi Covid-19, begini perkembangan proyek kilang Pertamina "Aramco menyadari betul untuk Indonesia bahwa RDMP Cilacap sangat penting untuk segera dibuat. Makanya Aramco melalui CEOnya persilahkan Pertamina jalankan Cilacap ini. Aramco masih fokus ke yang lain, ya silahkan untuk melanjutkan sendiri," tutur Ignatius dalam Konferensi Pers Virtual, Jumat (5/6). Ignatius melanjutkan, semula telah disepakati perpanjangan kerjasama pada akhir tahun lalu untuk melanjutkan diskusi hingga April tahun ini dimana Aramco menganalisa tawaran valuasi yang ada. Akhirnya pada akhir April, Aramco memutuskan untuk tidak melanjutkan kerjasama ini. Ignatius memastikan, kedepannya opsi kerjasama dengan Aramco masih terbuka untuk proyek-proyek lain.
Baca Juga: Harga minyak bervariatif setelah IEA prediksi stok minyak turun di semester II-2020 Ia pun memastikan saat ini pihaknya masih dalam proses pencarian partner baru untuk proyek yang diprediksi mampu meningkatkan kapasitas kilang menjadi 2 juta barel per hari ini. "Kami sedang dalam proses mencari partner baru. Lahan sudah clear. Sambil melihat peluang apa yang kita bisa bangun lebih dahulu sambil nunggu partner," terang Ignatius. Disisi lain, Pertamina merencanakan percepatan pembangunan kilang hijau di Kilang Cilacap. Ignatius bahkan menilai proyek biorefinery ini bisa rampung di 2022 mendatang. "Biorefinery sifatnya modifikasi, untuk Cilacap mungkin 2022 yang biorefinery skala kecil sudah bisa beroperasi dan kita ada rencana perbaikan kualitas untuk mengolah BBM standar Euro V," jelas Ignatius. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .