KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten produsen LPG dan ammonia, PT Surya Esa Perkasa Tbk (
ESSA) optimistis kinerja bisnisnya akan tetap tumbuh hingga akhir tahun nanti. Direktur ESSA Prakash Chand Bumb mengatakan, pendapatan ESSA ditargetkan dapat di atas US$ 700 juta sampai akhir tahun 2022. Di saat yang sama, EBITDA ESSA diperkirakan dapat mencapai US$ 330 juta. Manajemen ESSA belum bisa memberikan prediksi kinerja keuangan perusahaan pada tahun depan.
“Untuk tahun depan, kinerja kami bergantung pada harga LPG dan ammonia yang diharapkan tetap meningkat,” kata Prakash dalam paparan publik, Rabu (23/11). Asal tahu saja, hingga kuartal III-2022, pendapatan ESSA melesat 132%
year on year (YoY) menjadi US$ 557 juta. Pada saat itu, pendapatan segmen ammonia ESSA berkontribusi sebesar US$ 307 juta sedangkan pendapatan perusahaan dari segmen LPG tercatat sebesar US$ 9 juta. Masih per kuartal III-2022, EBITDA ESSA tumbuh 136% YoY menjadi US$ 268,6 juta. ESSA juga membukukan lonjakan laba bersih sebesar 2.056% YoY menjadi US$ 166,6 juta.
Baca Juga: Saham Emiten Transportasi dan Logistik Melaju, Begini Prospeknya di Tahun 2023 Dari sisi operasional, produksi ammonia ESSA per kuartal III-2022 mencapai 564.550 ton, lebih tinggi ketimbang produksi ammonia per kuartal III-2021 sebesar 487.833 ton. Ekspor ammonia ESSA juga naik dari 478.154 ton per kuartal III-2021 menjadi 574.004 ton per kuartal III-2022. Kenaikan produksi dan ekspor ini sejalan dengan pertumbuhan harga ammonia global yang rata-rata sebesar US$ 902 per ton pada periode Januari-September 2022. Sedangkan di periode sama tahun lalu harga ammonia rata-rata berada di level US$ 441 per ton. “Kenaikan harga ammonia ini dipicu oleh keterbatasan pasokan dan kenaikan permintaan di pasar global,” ujar Prakash. Sementara itu, produksi LPG ESSA mencapai 46.918 ton hingga kuartal III-2022, lebih tinggi ketimbang produksi LPG perusahaan per kuartal III-2021 sebesar 46.918 ton. Hal ini seiring dengan naiknya harga LPG dari US$ 581 per ton di periode Januari-September 2021 menjadi US$ 773 per ton di periode Januari-September 2022. Pihak ESSA sendiri memproyeksikan dapat memproduksi LPG di kisaran 61.000 ton—63.000 ton sampai akhir tahun 2022. Saat ini, ESSA tengah fokus menggarap proyek blue ammonia. Melalui anak usahanya, PT Panca Amara Utama (PAU), ESSA telah menandatangani Memorandum of Understanding dengan JGC Corporation asal Jepang pada Agustus 2022 untuk mengukur emisi gas rumah kaca di pabrik ammonia milik perusahaan tersebut. Studi kelayakan dan pengukuran emisi gas rumah kaca diharapkan selesai pada tahun 2023.
Kanish Laroya, Wakil Presiden Direktur ESSA menyebut, pihaknya berharap dapat memulai produksi blue ammonia pada tahun 2025 mendatang. Produk blue ammonia ini memiliki keunggulan karena menggunakan teknologi yang memungkinkan zat karbon dioksida yang dihasilkan dari ammonia dapat diinjeksi kembali ke dalam perut bumi. Alhasil, ammonia ini lebih ramah lingkungan. “Kapasitas produksi blue ammonia ini akan sama seperti produk ammonia sekarang, karena proyek ini berupa konversi dari pabrik grey ammonia yang ada sekarang menjadi blue ammonia,” kata Kanish dalam acara yang sama.
Sayangnya, ia tidak menyebutkan total kebutuhan investasi untuk proyek pengembangan blue ammonia ESSA. Sebagai informasi, ESSA memiliki pabrik ammonia di Sulawesi Tengah dengan kapasitas nameplate ammonia sebesar 1.900 ton per hari. Pabrik ini dilengkapi dengan
reforming exchanger system Kellogg brown & root (KBR) dan teknologi pemurni sejak tahun 2011 lalu. Sementara itu, pabrik LPG ESSA berlokasi di Sumatra Selatan dengan kapasitas LPG sebesar 174 ton per hari. Pabrik ini juga bisa menghasilkan kondensat 410 barel per hari. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Anna Suci Perwitasari