Ini alasan Tugu Pratama turunkan jumlah saham IPO yang dilepas



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk menetapkan harga pelaksanaan penawaran umum perdana saham atau initial publick offering (IPO) di level Rp 3.850, atau level terendah dari rentang harga selama bookbuilding di kisaran Rp 3.850 hingga Rp 5.000.

Jumlah saham yang diterbitkan juga lebih rendah dari rencana awal 282 juta saham menjadi 177,78 juta saham. Dengan harga dan jumlah saham tersebut, perseroan akan mengantongi dana Rp 684 miliar.

Quartantyo Wijarnako Investasi dan Finansial Group Head PT Tugu Pratama Indonesia menjelaskan, alasan penurunan penetapan tersebut, karena mempertimbangkan modal yang dibutuhkan perusahaan lebih rendah dari dana yang dibidik sebelumnya Rp 1,08 triliun hingga Rp 1,41 triliun.


“Kami melihat kondisi kebutuhan modal yang sebenarnya memang sudah mencukupi. Target awal kami itu lebih untuk pendanaan dengan jangka panjang, dengan issuance saat ini sudah mencukupi untuk jangka pendek dan menengah,” kata Quartantyo kepada Kontan.co.id, Rabu (23/5).

Alasan ini juga didukung oleh kondisi pasar saham di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang cenderung melemah, yang turut mempengaruhi harga dan penawaran saham perseroan.

“Dengan mempertimbangkan kondisi pasar modal saat ini, maka jumlah penerbitan saham tersebut dianggap sebagai keputusan terbaik,” kata dia.

Dengan penawaran umum tersebut, Tugu Pratama justru mencatat terjadi kelebihan permintaan (oversubscribe). Secara umum permintaan berasal dari investor asing dan lokal, baik dari perusahaan aset manajemen, asuransi, dana pensiun dan ritel.

Tugu Pratama berencana menggunakan dana segar hasil IPO untuk memperkuat bisnis perusahan. Rencananya sekitar 70% dana IPO untuk memperkuat modal perseroan. Sedangkan sisanya, untuk penyertaan modal bagi anak usaha yang bergerak di bidang reasuransi.

Melalui modal tersebut, Tugu Pratama akan memperluas distribusi bisnis ke segmen ritel, kemudian mengembangkan usaha asuransi syariah, reasuransi dan lainnya. Pasar ritel sengaja dibidik karena mempunyai potensi besar bagi bisnis asuransi umum di Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Sofyan Hidayat