JAKARTA. Mantan Panglima Angkatan Bersenjara Republik Indonesia (ABRI) Jenderal Purnawirawan TNI Wiranto menyebutkan, bahwa jabatan Pangkostrad yang dipimpin Prabowo tak memiliki banyak wewenang. "Panglima Kostrad yang punya batalyon, tank, divisi. Hanya panglima yang meminta dan melatih dari satuan Kostrad, yang menggunakannya nanti adalah Panglima TNI atau ABRI saat itu. Jadi tidak itu, tidak mungkin Panglima Kostrad mengkudeta. Jadi tidak mungkin, tidak boleh tanpa izin panglima ABRI," kata Wiranto di Posko Forum Komunikasi Pembela Kebenaran di Jl HOS Cokroaminoto 55-57, Jakarta Pusat, Kamis (19/6). Selain menjelaskan posisi Prabowo kala itu, Wiranto juga menjelaskan bahwa dirinya sama sekali tidak berniat mengambil alih kursi presiden saat itu di era reformasi 1997-1998. "Saya selaku panglima ABRI, justru memiliki wewenang itu. Mengapa tidak mengkudeta? Karena saya tidak ingin mengkhianati negeri ini," kata Wiranto. Alasan Wiranto tak kudeta Selain itu, Wiranto tidak ingin mengkudeta karena mempertimbangkan posisi Indonesia ke depan, khususnya terkait hubungan dengan negara lain. Setidaknya ada tiga alasan yang diutarakan Wiranto. "Pertama bahwa kalau saya ambil alih, maka sebagai Menhankam/Pangab saya hanya berkuasa sebagai secarik kertas dari presiden yang dijatuhkan karena reformasi. Saya dihadapkan pada rakyat yang terus menuntut reformasi," jelasnya. (Wahyu Aji)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini alasan Wiranto tidak mengkudeta pada 1997-1998
JAKARTA. Mantan Panglima Angkatan Bersenjara Republik Indonesia (ABRI) Jenderal Purnawirawan TNI Wiranto menyebutkan, bahwa jabatan Pangkostrad yang dipimpin Prabowo tak memiliki banyak wewenang. "Panglima Kostrad yang punya batalyon, tank, divisi. Hanya panglima yang meminta dan melatih dari satuan Kostrad, yang menggunakannya nanti adalah Panglima TNI atau ABRI saat itu. Jadi tidak itu, tidak mungkin Panglima Kostrad mengkudeta. Jadi tidak mungkin, tidak boleh tanpa izin panglima ABRI," kata Wiranto di Posko Forum Komunikasi Pembela Kebenaran di Jl HOS Cokroaminoto 55-57, Jakarta Pusat, Kamis (19/6). Selain menjelaskan posisi Prabowo kala itu, Wiranto juga menjelaskan bahwa dirinya sama sekali tidak berniat mengambil alih kursi presiden saat itu di era reformasi 1997-1998. "Saya selaku panglima ABRI, justru memiliki wewenang itu. Mengapa tidak mengkudeta? Karena saya tidak ingin mengkhianati negeri ini," kata Wiranto. Alasan Wiranto tak kudeta Selain itu, Wiranto tidak ingin mengkudeta karena mempertimbangkan posisi Indonesia ke depan, khususnya terkait hubungan dengan negara lain. Setidaknya ada tiga alasan yang diutarakan Wiranto. "Pertama bahwa kalau saya ambil alih, maka sebagai Menhankam/Pangab saya hanya berkuasa sebagai secarik kertas dari presiden yang dijatuhkan karena reformasi. Saya dihadapkan pada rakyat yang terus menuntut reformasi," jelasnya. (Wahyu Aji)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News