JAKARTA. Pesawat Boeing seri 777-200 Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 ditembak jatuh di wilayah Kota Shaktarsk, timur Ukraina, Kamis (17/7/2014) waktu setempat.Pesawat berpenumpang 298 orang ini ditembak dengan rudal darat-udara BUK yang diduga dikuasai milisi pro-Rusia. Apa sebab pesawat tersebut tidak dapat dikenali sebagai pesawat sipil oleh kelompok milisi?Pengamat penerbangan Chappy Hakim, menilai itu terjadi karena rudal yang digunakan sebagai pertahanan udara itu tidak berada di tangan suatu pusat komando yang terintegrasi sebagaimana dimiliki umumnya oleh suatu negara dalam mempertahankan wilayah udaranya.Padahal, lanjut Chappy, rudal BUK SA 6 yang dibuat tahun 80-an oleh Uni Soviet-kala itu- termasuk kategori rudal darat-udara yang canggih."Tetapi kecanggihannya menjadi tidak canggih karena lepas dari sistem induknya dan dikuasi oleh kelompok separatis. Rudal itu menjadi terlepas sendiri. Dengan demikian, karena sistem komando yang tidak standar dan tidak terpadu, sehingga bisa terjadi seperti ini karena mereka tidak dapat membedakan ini pesawat apa," kata Chappy Hakim, melalui sambungan telpon kepada Kompas.com, Jumat (18/7/2014).Chappy meyakini jika rudal pertahanan udara itu tidak berinduk baik ke Rusia ataupun Ukraina. Karena menurutnya, dua negara itu tentu memiliki sistem pertahanan udara yang terpadu.Meski demikian, mantan Kepala Staf Angkatan Udara ini, mengatakan bahwa rudal BUK SA 6 ini hampir dimililiki negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, termasuk Ukraina sendiri."Ukraina bilang itu rudal Rusia yang dikuasi kelompok separatis. Tapi Rusia bilang itu rudal Ukraina. Jadi tidak ada yang mengakui dan masih saling lempar," ujar Chappy.Jika benar milisi, bagaimana dapat mengoperasikan rudal canggih tersebut? Chappy mengatakan hal itu bisa saja terjadi ketika Uni Soviet pecah ada pihak-pihak yang menguasai pengoperasiannya."Uni Soviet itu punya sistem pertahanan udara yang canggih. Setelah ada negara yang merdeka, itu tersebar. Jadi kemungkinan ada orang yang menguasai teknologinya, dan orang profesional. Tapi, dia cuma jago nembak tapi tidak jago mengenali," ujar Chappy. (Robertus Belarminus)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini analisis tertembaknya pesawat sipil MH17
JAKARTA. Pesawat Boeing seri 777-200 Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH17 ditembak jatuh di wilayah Kota Shaktarsk, timur Ukraina, Kamis (17/7/2014) waktu setempat.Pesawat berpenumpang 298 orang ini ditembak dengan rudal darat-udara BUK yang diduga dikuasai milisi pro-Rusia. Apa sebab pesawat tersebut tidak dapat dikenali sebagai pesawat sipil oleh kelompok milisi?Pengamat penerbangan Chappy Hakim, menilai itu terjadi karena rudal yang digunakan sebagai pertahanan udara itu tidak berada di tangan suatu pusat komando yang terintegrasi sebagaimana dimiliki umumnya oleh suatu negara dalam mempertahankan wilayah udaranya.Padahal, lanjut Chappy, rudal BUK SA 6 yang dibuat tahun 80-an oleh Uni Soviet-kala itu- termasuk kategori rudal darat-udara yang canggih."Tetapi kecanggihannya menjadi tidak canggih karena lepas dari sistem induknya dan dikuasi oleh kelompok separatis. Rudal itu menjadi terlepas sendiri. Dengan demikian, karena sistem komando yang tidak standar dan tidak terpadu, sehingga bisa terjadi seperti ini karena mereka tidak dapat membedakan ini pesawat apa," kata Chappy Hakim, melalui sambungan telpon kepada Kompas.com, Jumat (18/7/2014).Chappy meyakini jika rudal pertahanan udara itu tidak berinduk baik ke Rusia ataupun Ukraina. Karena menurutnya, dua negara itu tentu memiliki sistem pertahanan udara yang terpadu.Meski demikian, mantan Kepala Staf Angkatan Udara ini, mengatakan bahwa rudal BUK SA 6 ini hampir dimililiki negara-negara bekas pecahan Uni Soviet, termasuk Ukraina sendiri."Ukraina bilang itu rudal Rusia yang dikuasi kelompok separatis. Tapi Rusia bilang itu rudal Ukraina. Jadi tidak ada yang mengakui dan masih saling lempar," ujar Chappy.Jika benar milisi, bagaimana dapat mengoperasikan rudal canggih tersebut? Chappy mengatakan hal itu bisa saja terjadi ketika Uni Soviet pecah ada pihak-pihak yang menguasai pengoperasiannya."Uni Soviet itu punya sistem pertahanan udara yang canggih. Setelah ada negara yang merdeka, itu tersebar. Jadi kemungkinan ada orang yang menguasai teknologinya, dan orang profesional. Tapi, dia cuma jago nembak tapi tidak jago mengenali," ujar Chappy. (Robertus Belarminus)Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News