KONTAN.CO.ID - JAKARTA. DBS Group Holdings Ltd dan Standard Chartered Plc tertarik mengakuisisi aset konsumer banking Citigroup di kawasan Asia. Dua bank ini berencana melakukan penawaran atas aset ritel Citigroup tersebut. Sumber Bloomberg mengungkapkan, penawaran mengikat untuk aset ritel Citigroup di Indonesia, Filipina, Taiwan dan Thailand jatuh tempo pada hari Jumat (22/10), sedangkan penawaran untuk unit India akan jatuh tempo minggu depan. Mengutip Bloomberg, Kamis (21/10), penjualan tersebut menawarkan kesempatan kepada pembeli untuk meningkatkan bisnis kartu kredit dan bisnis wealth management.
Kedua bisnis ini memberikan daya tarik bagi bank yang ingin meningkatkan pendapatan berbasis fee daripada pendapatan bunga di wilayah Asia yang sudah tidak sesuai lagi dengan startegi baru Citi. Sumber tersebut mengatakan, penjajakan masih berlangsung dan calon pelamar dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan penawaran. Seorang juru bicara Citigroup di Asia mengatakan pembicaraan dengan pembeli potensial berlanjut dengan minat yang kuat dari berbagai penawar.
Baca Juga: Bagini dampak krisis utang Evergrande bagi China, AS, hingga Eropa Citigroup di bawah kepemimpinan Jane Fraser memutuskan keluar dari bisnis ritel dari 13 pasar di Asia, Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Bisnisnya di Australia dijual ke National Australia Bank Ltd pada bulan Agustus. Di Asia, Citigroup ingin memfokuskan bisnis pada unit yang menguntungkan seperti perbankan investasi, dan memfokuskan bisnis kekayaannya di sekitar hub di Hong Kong, London, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Citigroup berencana mengumpulkan US$ 150 miliar dalam bentuk uang baru dan mempekerjakan 2.300 staf di Asia untuk manajemen kekayaan pada tahun 2025. Sementara di bidang investment banking, Citigroup adalah perusahaan asing peringkat teratas dalam tabel liga penawaran umum perdana untuk Asia ex-Jepang dan tertinggi kelima untuk pembuatan kesepakatan. DBS Singapura disebut berencana untuk mengajukan penawaran yang mengikat untuk Indonesia dan Taiwan. CEO Piyush Gupta mengatakan pada bulan Agustus bahwa permodalan bank masih cukup tinggi untuk membeli lebih banyak aset tanpa mengumpulkan dana tambahan. Perusahaan ini berminat meningkatkan ekspansinya di beberapa pasar Asia. Di luar penilaian, Citigroup akan mengevaluasi proposal yang masuk berdasarkan isu-isu lain seperti antitrust, perlindungan pekerjaan dan strategi. DBS, Standard Chartered, Cathay Financial Holding Co dan Fubon Financial Holding Co akan mengajukan penawaran disebut mengajukan penawaran untuk aset Citigroup di Taiwan. Aset konsumer bank itu di negara ini diperkirakan bisa menghasilkan penjualan sekitar US$ 2 miliar. Atau bahkan bisa mencapai US$ 4 miliar, tergantung aset mana saja yang akan dilepas. Regulator keuangan Taiwan pada bulan April mengatakan, pemerintah Taiwan akan memantau dan mencegah Citigroup mentransfer klien bernilai tinggi di Taiwan ke unitnya di Hong Kong dan Singapura. Sementara Bangkok Bank Pcl berencana membuat penawaran untuk aset-aset Citigroup di Thailand yang nilainya ditaksir mencapai US$2 miliar lebih. Bank of Ayudhya Pcl yang berada di bawah Mitsubishi UFJ Financial Group juga mempertimbangkan ikut melakukan penawaran. Untuk asetnya di India, Citigroup disebut telah menetapkan batas waktu penawaran minggu depan. Nilai penjualan aset di negara ini bisa mencapai sekitar US$ 2 miliar.
Ada sejumlah bank yang tertarik melakukan penawaran di India, di antaranya Kotak Mahindra Bank Ltd yang dikendalikan oleh bankir terkaya dunia, Uday Kotak, lalu HDFC Bank Ltd dan ICICI Bank Ltd. DBS dan Singapura United Overseas Bank Ltd sedang mempertimbangkan untuk mengajukan penawaran aset Citigroup di Indonesia. Malayan Banking Bhd juga mempertimbangkan ikut menawar. Penjualannya aset ritel di negara ini diperkirakan bisa mencapai US$ 1 miliar. Penjualan aset di Filipina diperkirakan bisa mencapai US$ 1 miliar. BDO Unibank, Metropolitan Bank & Trust Co, Bank of the Philippine Islands, dan Union Bank of the Philippines ikut melakukan penawaran untuk itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Herlina Kartika Dewi