JAKARTA. Review penerapan Bea Keluar (BK) untuk minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan turunannya memasuki babak baru. Beberapa produk yang berpotensi untuk dinaikkan, diturunkan atau bahkan dibebaskan bea keluarnya antara lain Biodiesel, Bungkil sawit, palm kernel (olein, stearing), cakang sawit serta bio mass. Panggah Susanto Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan, bio mass termasuk dalam kategoti produk turunan CPO yang berpotensi untuk dikenakan bea keluar karena didalam negeri sangat dibutuhkan sebagai bahan baku energi. Catatan saja, saat ini bea keluar untuk bio mass dibebaskan. Dengan adanya bea keluar, diharapkan pemanfaatan bio mass untuk kebutuhan dalam negeri menjadi semakin banyak. "Saat ini bio mass banyak diekspor, sebenarnya kita butuh itu," kata Panggah, Senin (26/5). Sementara itu untuk biofuel berpotensi untuk diturunkan atau dibebaskan bea keluarnya. Karena selama ini penyerapan biofuel di dalam negeri masih tidak terlalu banyak. Menurut Panggah, penggunaan biofuel dalam negeri tergantung dengan ketentuan harga beli yang diterapkan dan Domestic Market Obligation (DMO). Panggah bilang pembahasan internal di Kemenperin mengenai review bea keluar CPO dan turunannya sudah dilakukan. Sementara itu untuk pembahasan interdept antar kementerian terkait akan mulai intensif dilakukan pada awal Juni mendatang. Menurut Panggah, review bea keluar CPO dan turunannya tersebut tidak akan memakan waktu yang lama. "Saya kira tidak akan terlalu ada masalah karena tidak mengubah terlalu banyak. Lebih mengharmonisasikan dan lebih mendorong lagi ke arah hilir,” kata Panggah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini BK lima produk CPO yang berpotensi diubah
JAKARTA. Review penerapan Bea Keluar (BK) untuk minyak sawit atau crude palm oil (CPO) dan turunannya memasuki babak baru. Beberapa produk yang berpotensi untuk dinaikkan, diturunkan atau bahkan dibebaskan bea keluarnya antara lain Biodiesel, Bungkil sawit, palm kernel (olein, stearing), cakang sawit serta bio mass. Panggah Susanto Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengatakan, bio mass termasuk dalam kategoti produk turunan CPO yang berpotensi untuk dikenakan bea keluar karena didalam negeri sangat dibutuhkan sebagai bahan baku energi. Catatan saja, saat ini bea keluar untuk bio mass dibebaskan. Dengan adanya bea keluar, diharapkan pemanfaatan bio mass untuk kebutuhan dalam negeri menjadi semakin banyak. "Saat ini bio mass banyak diekspor, sebenarnya kita butuh itu," kata Panggah, Senin (26/5). Sementara itu untuk biofuel berpotensi untuk diturunkan atau dibebaskan bea keluarnya. Karena selama ini penyerapan biofuel di dalam negeri masih tidak terlalu banyak. Menurut Panggah, penggunaan biofuel dalam negeri tergantung dengan ketentuan harga beli yang diterapkan dan Domestic Market Obligation (DMO). Panggah bilang pembahasan internal di Kemenperin mengenai review bea keluar CPO dan turunannya sudah dilakukan. Sementara itu untuk pembahasan interdept antar kementerian terkait akan mulai intensif dilakukan pada awal Juni mendatang. Menurut Panggah, review bea keluar CPO dan turunannya tersebut tidak akan memakan waktu yang lama. "Saya kira tidak akan terlalu ada masalah karena tidak mengubah terlalu banyak. Lebih mengharmonisasikan dan lebih mendorong lagi ke arah hilir,” kata Panggah.Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News