JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengaku tidak akan kesulitan mendapatkan pinjaman pembiayaan proyek Light Rail Transit (LRT). Nilai investasi yang dibutuhkan untuk LTR sekitar RP 10 triliun, terdiri dari investasi transportasi Rp 6,8 triliun dan properti pendukung Rp 3,2 triliun. Untuk mendanai proyek jumbo tersebut, ADHI akan menggunakana dana right issue yang rencananya digelar pada akhir Juni mendatang. Mereka juga akan mengandalkan pinjaman eksternal. Supardi, Direktur Keuangan ADHI, mengatakan pinjaman bank hanya untuk transportasi saja. Sedangkan untuk properti perseroan bisa menekan pinjaman dengan mengandalakan pra penjualan atau marketing sales. Menurut Supardi, pihaknya tidak khawatir sulit mendapatkan pinjaman. Pasalnya, ADHI akan menjual kepastian pembukaan proyek tersebut. " Jadi yang kita jual sebenarnya kepastian waktu bukan ada tidaknya kereta." kata Suparti saat paparan publik di Jakarta, kamis (24/4). Supardi mengatakan, kebutuhan akan transportasi yang cepat yang bisa menghubungkan daerah pinggiran pusat kota Jakarta sangat besar sehingga prospek proyek ini masih sangat menjanjikan. Dia menambahkan, selama proses pyoyek tersebut berhasil maka perseoan tak perlu khawatir mengenai pinjaman bank. Perseroan saat ini sedang mengkaji untuk mendapatkan pinjaman dari Cina Development Bank. ADHI telah mendapatkan penambahan modal negara (PMN) sebesar Rp 1,4 triliun. Perseroan juga berencana menggelar right issue akhir Juni mendatang dengan membidik dana Rp 2,7 triliun. Untuk right issue saat ini perseroan masih dalam proses penentuan underwriter. "Mudah-mudahan akhir April ini sudah beres," tambahnya. Sebagai tambahan, ADHI akan membangun LTR dalam dua tahap dengan investasi sekitar Rp 10 triliun dalam dua tahap. Tahap petama dilakukan dengan rute Cibubur-Cawang-Grogol dengan jarak 15 km dan tahap kedua dibangun dari Bekasi Timur-Cawang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini cara ADHI biayai proyek Light Rail Transit
JAKARTA. PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mengaku tidak akan kesulitan mendapatkan pinjaman pembiayaan proyek Light Rail Transit (LRT). Nilai investasi yang dibutuhkan untuk LTR sekitar RP 10 triliun, terdiri dari investasi transportasi Rp 6,8 triliun dan properti pendukung Rp 3,2 triliun. Untuk mendanai proyek jumbo tersebut, ADHI akan menggunakana dana right issue yang rencananya digelar pada akhir Juni mendatang. Mereka juga akan mengandalkan pinjaman eksternal. Supardi, Direktur Keuangan ADHI, mengatakan pinjaman bank hanya untuk transportasi saja. Sedangkan untuk properti perseroan bisa menekan pinjaman dengan mengandalakan pra penjualan atau marketing sales. Menurut Supardi, pihaknya tidak khawatir sulit mendapatkan pinjaman. Pasalnya, ADHI akan menjual kepastian pembukaan proyek tersebut. " Jadi yang kita jual sebenarnya kepastian waktu bukan ada tidaknya kereta." kata Suparti saat paparan publik di Jakarta, kamis (24/4). Supardi mengatakan, kebutuhan akan transportasi yang cepat yang bisa menghubungkan daerah pinggiran pusat kota Jakarta sangat besar sehingga prospek proyek ini masih sangat menjanjikan. Dia menambahkan, selama proses pyoyek tersebut berhasil maka perseoan tak perlu khawatir mengenai pinjaman bank. Perseroan saat ini sedang mengkaji untuk mendapatkan pinjaman dari Cina Development Bank. ADHI telah mendapatkan penambahan modal negara (PMN) sebesar Rp 1,4 triliun. Perseroan juga berencana menggelar right issue akhir Juni mendatang dengan membidik dana Rp 2,7 triliun. Untuk right issue saat ini perseroan masih dalam proses penentuan underwriter. "Mudah-mudahan akhir April ini sudah beres," tambahnya. Sebagai tambahan, ADHI akan membangun LTR dalam dua tahap dengan investasi sekitar Rp 10 triliun dalam dua tahap. Tahap petama dilakukan dengan rute Cibubur-Cawang-Grogol dengan jarak 15 km dan tahap kedua dibangun dari Bekasi Timur-Cawang. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News