Ini cara Antam antisipasi larangan ekspor mineral



JAKARTA. Beleid mengenai pelarangan ekspor bijih mineral mentah melalui Peraturan Pemerintah No. 1 tentang Mineral dan Batubara tahun 2014 telah berlaku sejak 12 Januari 2014 lalu.

PT Aneka Tambang Tbk (ANTAM) merupakan salah satu perusahaan yang terimbas dari beleid pelarangan ekspor mentah, terutama bijih nikel dan bijih bauksit. 

Untuk itu, ANTAM telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi penurunan pendapatan dan imbal hasil bagi para investor. 


Salah satunya, ANTAM akan menggenjot volume penjualan emas menjadi 13,6 ton pada tahun ini, naik 66% dari target 2013 lalu sebesar 8,2 ton. 

Tato Miraza, Direktur Utama Antam menyatakan, perusahaan mengincar kenaikan volume penjualan emas sebesar 66% menjadi 13,6 ton di 2014, dari realisasi 2013 yang sebanyak 8,2 ton. 

Untuk mencapai target itu, Antam akan memperluas jaringan penjualan emas. Antam misalnya akan membuka 5-10 Butik Emas LM di tahun ini.

Strategi ini akan dipadankan dengan memaksimalkan penjualan di 5 butik yang sudah ada, yakni di Jakarta, Bandung, Surabaya, Makassar dan Palembang. 

Tak hanya emas, perseroan juga akan mendorong volume penjualan feronikel di tahun 2014 menjadi sebesar 20.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) atau meningkat 11% dibandingkan target tahun 2013 lalu sebesar 18.000 TNi.

Sementara dari pemasarannya, ANTAM akan membuka kantor Perwakilan ANTAM di Shanghai, Cina untuk perwakilan pemasaran pada pertengahan Januari ini. 

Dalam keterbukaan informasi hari ini, Sekretaris Perusahaan Tri Hartono juga menyebutkan, ANTAM akan menargetkan beroperasinya pabrik Chemical Grade Alumina Tayan (pengolahan bauksit menjadi alumina) pada akhir semester I tahun 2014.

"ANTAM juga berencana meningkatkan kegiatan trading batubara dan mengoptimalisasi insiatif-inisiatif efisiensi serta mempercepat penyelesaian Proyek Pembangunan dan Perluasan Pabrik Feronikel Pomalaa," tutur Tri Hartono. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Dikky Setiawan