Ini cara Asian Agri kurangi dampak perubahan iklim



PARIS. Para pelakunya industri sawit diharapkan mampu melakukan praktik-praktik pengelolaan perkebunan yang berkelanjutan yang menekankan pada aspek perlindungan lingkungan.

Hal tersebut menjadi salah satu agenda dalam konferensi perubahan iklim atau Conference of Parties (COP 21) yang berlangsung di Paris, Prancis. Dalam pertemuan tersebut, diharapkan semua negara menyatakan komitmennya untuk mengurangi pemanasan global di bawah 2 derajat Celcius.

Bagi pelaku bisnis di Indonesia, terutama yang bergerak di industri sawit, juga diminta menyelaraskan pengembangan industri sawit dengan agenda perubahan iklim.


Pembukaan lahan dengan cara membakar harus ditinggalkan, termasuk bagaimana menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan di dalam pengelolaan perkebunan.

Managing Director Asian Agri, Kelvin Tio, yang hadir dalam konferensi tersebut mengatakan, sebagai salah satu perusahaan perkebunan sawit terbesar di Indonesia, Asian Agri menyadari pentingnya pengelolaan perkebunan sawit secara berkelanjutan dan pada saat yang sama juga dapat meningkatkan kesejahteraan petani sawit.

“Asian Agri saat ini telah menggandeng 29.000 petani dengan melibatkan 60.000 hektare lahan sawit untuk dikembangkan dengan pola inti-plasma. Skema kemitraan ini telah dikembangkan selama 28 tahun. Dengan pengalaman tersebut, Asian Agri optimistis pola tersebut dapat diterapkan kepada para petani swadaya yang mengelola perkebunannya secara mandiri,” kata Kelvin, Rabu (2/12).

Pendampingan terhadap petani swadaya perlu dilakukan guna meningkatkan produktivitas hasil perkebunan serta menjamin akses terhadap pasar yang lebih terjamin. Selain itu, petani swadaya memperoleh pengetahuan secara langsung dalam mengelola perkebunan yang mengedepankan kelestarian lingkungan sehingga produknya memiliki nilai tambah di pasaran.

Asian Agri secara bertahap melakukan pendampingan terhadap petani swadaya pada 2012. Hasilnya, saat diluncurkan pada tahun 2012 lalu, sekitar  2.791 ha lahan perkebunan petani swadaya, tergabung dalam program kemitraan tersebut.

Saat ini ada lebih dari 17.000 ha lahan yang merepresentasikan lebih dari 5.000 keluarga petani swadaya, telah bergabung di dalam program tersebut dan menikmati pendampingan dan fasilitasi dari Asian Agri.  

Targetnya, hingga 2020 Asian Agri dapat memberikan pendampingan secara optimal kepada petani swadaya dengan luas lahan hingga 60.000 ha.

Dengan demikian, lima tahun ke depan perusahaan dapat berperan meningkatkan kesejahteraan petani dengan melibatkan pengelolaan 120.000 ha lahan sawit dengan pola inti plasma maupun swadaya.

Muaranya, pola kemitraan tersebut dapat mendorong produktivitas petani, meningkatkan kesejahteraannya, serta memberi manfaat terhadap produk sawit berkualitas yang dihasilkan.

Dengan demikian, industri sawit di Tanah Air dapat terus berproduksi tanpa harus melakukan pembukaan lahan baru atau ekstensifikasi, melainkan melakukan intensifikasi melalui peningkatan kemitraan dengan petani serta perbaikan cara-cara pengelolaan perkebunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Hendra Gunawan