KONTAN.CO.ID - Para ilmuwan mengindentifikasi gen tanaman paling tahan penyakit untuk menguatkan kekebalan tanaman coklat terhadap parasit. Coklat menjadi salah satu komoditi pertanian yang laris di pasar global. Maklum saja, coklat mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan.
Baca Juga: Populasi penguin di Antartika terus menurun, ini penyebabnya Coklat mengandung antioksidan yang berguna untuk mencegah penuaan dini. Selain itu, coklat juga mengandung vitamin A, B1, C, dan D yang juga baik untuk tubuh. Sayangnya, buah coklat rentan penyakit. Para ilmuwan menyatakan buah coklat diproduksi oleh tanaman coklat yang kebal terhadap patogen (parasit). Mengutip dari situs National Science Foundation, sekitar 30%-40% buah coklat terkena penyakit sebelum masa panen tiba. Fenomena ini mendorong para ilmuwan untuk mencari solusi peningkatan kekebalan tanaman coklat terhadap parasit. Dalam masa penelitian, mereka menggunakan metode identifikasi gen tanaman yang mempunyai sifat resisten. Sekedar info, para peneliti memilih tanaman coklat Theobroma sebagai objek penelitian. Asal tahu saja, buah pohon tersebut banyak tumbuh di Amerika, Afrika, dan Asia. Mark Guiltinan, Ahli Biologi Molekuler tanaman, Penn State mengatakan strategi tersebut menjadi cara terbaik untuk mengembangkan resistensi penyakit pada tanaman. Membuat tanaman kebal terhadap parasit menjadi langkah yang paling efisien dan ramah lingkungan. "Kami mengurutkan gen dari 31 tanaman untuk menemukan gen yang paling tahan penyakit," kata Guiltinan. Langkah selanjutnya, para ilmuwan memberikan hasil identifikasi tersebut kepada petani tanaman coklat.
Baca Juga: Asyik! Ilmuwan berhasil ciptakan detektor norovirus yang murah Mereka mempublikasikan hasil penemuan tersebut di dalam journal Tree Genetics & Genomes. Sekedar info, National Science Foundation merupakan lembaga yang mendanai proyek ini. "Hasil penelitian ini meningkat kekebalan dan produktifitas tanaman coklat," kata Gerald Schoenknecht, Direktur Program Divisi Sistem Organisasi Integratif NSF.
Sumber : National Science Foundation. Editor: Tri Sulistiowati