Ini cara Kementerian Pertanian genjot produksi beras saat paceklik



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Pertanian (Kemtan) sempat mengklaim bahwa produksi saat Januari tahun 2019 surplus. Padahal pada Juli, Agustus dan September mengalami musim paceklik sehingga masa tanam ditunda.

Namun demikian Menteri Pertanian Andi Arman Sulaiman menyebut bahwa Kemtan sudah memiliki rumus mengatasi masalah paceklik tersebut. “Kami analisa 20 tahun data pertanian kenapa ada paceklik, intinya rumus strategi menghilangkan paceklik kita sudah temukan,” kata Arman di Gedung Kementerian Pertenian, Selasa (2/10).

Ia menyebutkan bahwa hal yang terjadi mengapa biasanya pada Januari stok beras minim adalah karena masalah tanam yang minim yakni 500.000 hektare (ha) sampai 600.000 ha. Saat ini, Arman mengaku pihaknya melakukan penanaman mencapai 1,5 juta ha untuk mengatasi paceklik.


“Kami evaluasi luas tambah tanam (LLT), September alhamdulilah tanamnya mencapai 1,5 juta ha yang dulunya kita kenal dengan paceklik. Sehingga kita mencoba mengangkat menjadi minimal 1 juta ha, Bahkan hari ini mencapai 1,5 juta ha. Inilah tertinggi capaian September Selama kita merdeka,” tegasnya.

Arman menjelaskan bahwa sebelumnya dalam sektor pertanian tanaman padi hanya 500.000 ha sampai dengan 600.000 ha per bulan. Hitungannya adalah kalau tanam 500.000 ha dengan hasil padi 6 ton per hektare.

Jika dikonversi ke gabah menjadi 3 juta ton dan hasil untuk beras adalah setara dengan 1,5 juta ton beras. Kebutuhan beras 2,6 juta per bulan, artinya kita defisit 1,1 juta kalau tanamnya hanya 500.000 ha.

“Kalau kita tanam 1,5 juta hektare untuk gabahnya 4 juta ton, artinya di bulan Januari nanti yang dulunya paceklik, bisa surplus 1,5 juta ton atau minimal 1 juta ton. Itu rumus sederhananya,” ujarnya.

Adapun hasil dari perbaikan yang dilakukan pada tiga tahun lalu dalam sektor lahan dan pengairan saat ini mulai membuahkan hasil guna memperluas cakupan tanam padi. Beberapa sektor yang dilakukan perbaikan adalah sektor irigasi, pembangunan lumbung, pompanisasi, pembangunan sumur dangkal dan sumur dalam.

Atas hal itu LTT naik dan meskipun September merupakan masa paceklik, proses tanam tetap dilakukan. “Sehingga jangan lagi ada bercerita paceklik, di musim kemarau pun kita berproduksi,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Wahyu T.Rahmawati