MUMBAI. Pemerintah India masih berusaha keras untuk menghadapi gejolak ekonomi di negaranya. Selain sibuk menenangkan pasar, P. Chidambaram, Menteri Keuangan India kini sibuk memikirkan penurunan nilai mata uang rupee yang terus melemah. Beberapa pekan ini, India berhadapan dengan suramnya kondisi pasar. Rupee jatuh ke nilai terendah dan pasar saham India tumbang 11%. Investor asing banyak menarik dananya dan keluar dari India. Akhir pekan lalu, Menteri Keuangan P. Chidambaram sudah mencoba untuk mengembalikan kepercayaan investor. "Kami percaya, rupee undervalued dan telah melampaui apa yang umumnya diyakini tingkat yang wajar dan tepat," katanya.
Dalam pernyataan tertulis, Ia menegaskan; "Arus modal akan kembali masuk pada waktunya, memperbaiki posisi." Perlu diketahui, India terperangkap tren aksi jual investor di negara berkembang. Aksi jual investor asing tersebut terjadi karena saat ini, Bank Sentral Amerika Serikat alias The Federal Reserve (The Fed) sedang mempersiapkan kebijakan moneter. Selain keluarnya investor, India terpuruk karena mengalami defisit transaksi berjalan yang cukup besar karena impor lebih banyak daripada ekspor. Untuk itu, Chidambaram bersumpah mengecilkan defisit transaksi berjalan India tahun fiskal ini. Ia berharap bisa menurunkan defisit sampai US$$ 70 miliar dari defisit sebelumnya sebesar US$ 88 miliar periode tahun 2012-2013. Meskipun bersumpah untuk menstabilkan perekonomian dan memungkinkan aliran modal mengalir, investor dan ekonom tampaknya tak yakin dengan sikap India tersebut. Apalagi, Chidambaram membuat kebijakan kontroversial pekan lalu, yaitu membatasi jumlah uang yang dibawa warga India ke luar negeri. Pembatasan serupa juga dilakukan untuk perusahaan India yang melakukan investasi di luar negeri. Kondisi ini memicu kekhawatiran bagi warga negara asing yang ada di India. Mereka khawatir, dana mereka dibatasi oleh India. Kathleen Brooks, direktur riset dari FOREX.com, mengatakan, reaksi kebijakan tersebut sudah kontradiktif. "Mereka telah membatasi aliran uang, dan itu capital control namanya," jelas Brooks yang tak sepakat dengan kebijakan itu. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi India tercatat 5% sampai akhir Maret 2013. Ini merupakan pertumbuhan paling lambat dalam satu dekade terakhir. Selain itu, di kuartal pertama tahun ini, India gagal membuat kebijakan fiskal.
Chidambaram mengatakan, ia sedang mempertimbangkan untuk melakukan reformasi ekonomi lebih lanjut guna bisa mempercepat pertumbuhan di kuartal selanjutnya. "Oleh karena itu, tidak ada alasan adanya kepanikan, yang telah mencengkeram pasar mata uang dan," jelasnya. Selain itu, Chidambaram juga memberikan jaminan adanya pertumbuhan ekonomi di India. Namun, para analis pesimistis melihat ekonomi India. Mereka menilai, korupsi yang terjadi di birokrasi membuat pertumbuhan ekonomi melambat. "India telah dirusak kapitalisme kroni dan korupsi dalam lima tahun terakhir," kata Banerjee Sourindra, asisten profesor pemasaran di Warwick Business School. Pada hari Kamis (22/8) pekan lalu, rupee mencapai rekor rendah versus dolar AS, atau turun 20% dalam waktu kurang dari setahun.
Editor: Asnil Amri