JAKARTA. Asumsi makro pertumbuhan dan nilai tukar rupiah mengalami perubahan. Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bersama dengan pemerintah memutuskan pertumbuhan ekonomi 5,7% dan rupiah pada level Rp 12.500 per dollar Amerika Serikat (AS). Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (RAPBN-P) 2015, asumsi pertumbuhan dan rupiah masing-masing sebesar 5,8% dan Rp 12.200. Perubahan kedua asumsi itu dianggap sudah menjadi asumsi yang paling realistis untuk tahun 2015. Anggota Komisi XI dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Mohammad Hatta berpendapat, ekonomi Indonesia tahun ini lebih realistis di level 5,6%. Target 5,8% akan sulit tercapai.
Kesulitan ekonomi Indonesia tahun ini adalah pada kondisi ekonomi global yang tidak mendukung sehingga harga minyak dunia drop dan harga komoditas unggulan seperti batu bara turun. Pelemahan ekonomi dunia jadi pukulan bagi Indonesia untuk bisa berjalan menuju ekonomi tinggi. Namun tetap dengan pertumbuhan ekonomi yang direncanakan, pemerintah harus bisa menurunkan tingkat kemiskinan dan menciptakan lapangan kerja baru. Anggota Komisi XI dari Partai Nasional Demokrat (Nasdem) Johnny G. Plate menilai, pertumbuhan ekonomi yang realistis adalah 5,6%. Yang perlu diperhatikan oleh pemerintah adalah sasaran pertumbuhan. Untuk rupiah, ia melihat perlu ada penyesuaian karena pada tahun ini mata uang Amerika akan mengalami penguatan. "Perlu ada penyesuaian ke level Rp 12.400-Rp 12.500," papar Johnny dalam rapat kerja bersama pemerintah, Senin (26/1).