Ini cerita bawang menggoyang seporsi soto



JAKARTA. Meroketnya harga produk pangan khususnya bawang tak hanya bikin pusing ibu rumah tangga saja. Pedagang makanan dari kelas kaki lima sampai kelas bintang lima juga pusing akibat kenaikan harga bawang.

Maklum, pengusaha makanan membutuhkan bawang sebagai bahan baku bumbu untuk racikan produk kulinernya. Karena harga bawang kian tinggi, pendapatan yang diperoleh oleh pedagang makanan menjadi berkurang.

Seperti yang dialami Firman (52), penjual soto ayam di bilangan Pal Merah Jakarta. Firman biasanya, merogoh kocek Rp 22.000 untuk mendapatkan satu kilogram bawang merah. Namun, kini Ia harus merogoh kantong Rp 80.000 untuk membawa pulang satu kilogram bawang.


Selisih dari pembelian harga bawang itulah yang menggerus laba pendapatannya. Sementara itu, fungsi bawang bagi Firman sangatlah penting. Maklum, tanpa bawang, cita rasa gurih dan wangi pada soto racikannya bisa sirna.

Namun apa daya, agar pendapatannya tak tergerus kian dalam, Firman memutuskan mengurangi kadar pemakaian bawang serta porsi bahan baku soto lainnya. Pilihan menyedihkan itu diambil agar tak ada kenaikan harga jual soto yang dikhawatirkan memberatkan pembelinya yang mayoritas masyarakat kelas bawah.

Memang, Firman punya alternatif menaikkan harga jual soto dari harga jual Rp 9000 per porsi seperti yang ia jual sekarang ini. Namun, pengalaman buruk saat menaikkan harga jual soto tahun 2010 lalu, membuat Firman berfikir ulang untuk menaikan harga jual sotonya.

“Saya tak berani menaikkan harga per porsinya, hanya melakukan mengurangi jumlah bumbu dan porsinya saja,” terang Firman menceritakan bagaimana kondisi usahanya sekarang ini.

Berkurangnya porsi serta citarasa sotonya diakui sebagai risiko. Firman bilang, siapapun akan mengetahui adanya perubahan porsi dan citarasa soto racikan Firman.

Harga bawang tertinggi

Sejak membuka bisnis kuliner soto 16 tahun lalu, Firman tak pernah menemukan kenaikan harga bawang seperti yang terjadi sekarang ini. Artinya, sejak presiden Soeharto, Habibie, Megawati, Gus Dur, Firman tak pernah membeli bawang semahal di era kepemimpinan Soesilo Bambang Yudhoyono.

“Dulu saya membeli bumbu Rp 400.000 untuk kebutuhan jualan dua minggu. Namun sekarang uang itu hanya cukup untuk bumbu berjualan dua hari,” terang Firman menceritakan kondisi usahanya belakangan ini.

Menurut Firman, gara-gara harga bawang, harga komoditas lainnya seperti  cabai serta bumbu-bumbu lain termasuk daging ayam juga mengalami kenaikan. Walaupun bahan baku naik, Firman kukuh tak mau menaikkan harga jual sotonya.

 “Saya pernah menaikkan harga jual, namun bukan untung yang saya dapat, melainkan justru pelanggan berkurang dan saya hampir gulung tikar,” kenang Firman. Cerita dari Firman ini setidaknya menjadi potret ratusan pedagang kuliner lainnya yang juga mengalami nasib yang sama.

Firman mengaku tak peduli pada aturan perdagangan bawang. Ia hanya peduli pada harga bawang yang murah dan terjangkau dan menguntungkan bagi usaha sotonya. Firman mengaku sudah mendengar janji pemerintah soal penurunan harga bawang.

Namun Firman mengaku tak butuh janji, sebab harga bawang masih tetap tinggi. Bahkan, kini Firman khawatir, produk pangan lainnya seperti cabai ikut naik menyusul kenaikan harga bawang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri