KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT United Tractors Tbk (
UNTR) kembali melebarkan bisnisnya di segmen non batubara. Yang terbaru, UNTR lewat anak usahanya, PT Energia Prima Nusantara (EPN), melakukan penandatanganan Perjanjian Pengambilan Bagian (
Subscription Agreement) awal pekan ini (7/8) untuk mengambil 40,476% saham baru yang diterbitkan oleh PT Supreme Energy Sriwijaya (SES). SES merupakan salah satu pemegang saham pada PT Supreme Energy Rantau Dedap (SERD), perusahaan pemegang Izin Panas Bumi dengan kapasitas 2 x 49 MW yang telah beroperasi berlokasi di Kabupaten Lahat, Kota Pagar Alam dan Kabupaten Muara Enim, Provinsi Sumatera Selatan.
Sekretaris Perusahaan UNTR, Sara K Loebis, mengatakan bahwa langkah ini merupakan bentuk salah satu upaya UNTR untuk menyeimbangkan bisnis batubara dan non batubara. Di lain pihak, kata Sara, upaya diversifikasi ke sektor energi terbarukan juga bukan merupakan hal baru bagi UNTR.
Baca Juga: Upaya UNTR Tak Bergantung Batubara “United Tractor sudah masuk ke beberapa inisiatif energi terbarukan, yaitu minihidro, rooftop solar PV. Jadi geothermal juga jadi salah satu opsi yang menarik,” kata Sara kepada Kontan.co.id (10/8). Nilai dari akuisisi ini diproyeksikan sebesar Rp 634,94 miliar atau US$ 42,32 juta. Namun, nilai tersebut bisa berubah pada saat penutupan transaksi lantaran adanya penyesuaian posisi laporan keuangan saat penutupan transaksi. Belum ketahuan seperti apa dampak dari langkah akuisisi SES terhadap pembukuan kinerja UNTR di tahun ini maupin periode-periode berikutnya. “Mengenai dampaknya di lapkeu (laporan keuangan), saya belum tahu apakah akan langsung tercermin di tahun ini, (masih) menunggu closing transaction,” tutur Sara. Akuisisi terhadap Supreme Energy Sriwijaya menambah daftar upaya diversifikasi bisnis yang telah dilakukan oleh UNTR. Sebelum Supreme Energy Sriwijaya, ikhtiar terkini UNTR mencuil kue pasar energi terbarukan dilakukan dengan mengakumulasi kepemilikan atas saham PT Arkora Hydro Tbk (ARKO), perusahaan pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro (PLTM). Terakhir, langkah tersebut diwujudkan dengan membeli 632.801.893 lembar saham senilai Rp 176.551.728.147,- atau setara dengan 21,61% saham milik ACEI Singapore Holding Private Ltd (ACEI) pada PT Arkora Hydro Tbk lewat EPN Agustus 2022 lalu. Setelah selesai dilakukannya pembelian saham milik ACEI, 21,61% saham Arkora beralih kepada EPN. Dus, ditambah saham yang telah dimiliki sebelumnya melalui pengambil bagian saat proses penawaran umum perdana Arkora, EPN memiiki saham di Arkora secara langsung dan tidak langsung sebesar 922.173.893 lembar saham atau setara dengan 31,49%. Di luar sektor energi terbarukan, langkah diversifikasi terkini UNTR dapat dijumpai pada beberapa sektor. Di penghujung 2022, UNTR merambah bisnis tambang nikel melalui perusahaan terkendalinya, yakni PT Danusa Tambang Nusantara (DTN). Lewat aksi korporasi ini, UNTR mengambil alih dua perusahaan di sektor nikel, yakni PT Stargate Pacific Resources yang bergerak di bidang tambang mineral nikel dan PT Stargate Mineral Asia yang bergerak di bidang smelter nikel. Nilai transaksinya mencapai US$ 271,82 juta atau setara dengan Rp 4,27 triliun.
Lalu, pada 9 Juni 2023, UNTR lewat DTN juga mengumumkan telah penandatanganan Share Subscription Agreement (SSA) untuk melakukan penga mbilan 19,99% kepemilikan saham di Nickel Industries Limited (NIC), sebuah perusahaan yang tercatat di Australian Securities Exchange Ltd (ASX). Berdasarkan SSA, NIC menerbitkan sejumlah 857 juta saham biasa baru kepada DTN dengan harga A$1,10 per saham dengan total investasi Perseroan sebesar A$943 juta. Tidak berselang lama setelahnya, yakni 31 Juli 2023, UNTR mendirikan perusahaan yang bernama PT Pertiwi Nusantara Raya (PNR) lewat kedua anak usahanya, yaitu PT Pamapersada Nusantara (PAMA) dan EPN. Menurut rencana, PNR bakal melakukan kegiatan usaha sebagai perusahaan subinduk pada anak-anak perusahaan dari Perseroan, yang bergerak pada kegiatan usaha pengelolaan kehutanan, pelestarian lingkungan dan jasa lingkungan.
Baca Juga: Anak Usaha UNTR Teken Perjanjian Pengambilan Bagian pada Supreme Energia Sriwijaya Pengamat pasar modal dan Direktur Avere Investama, Teguh Hidayat, melihat aksi akuisisi Grup Astra sebagai langkah yang wajar. Sebab, kata Teguh, Astra tidak memiliki permasalahan arus kas. Sedikit informasi, menukil laporan keuangan tahunan perusahaan, posisi Kas dan Setara Kas Akhir Tahun PT Astra International Tbk (ASII) per 31 Desember 2022 lalu berjumlah Rp 61,29 triliun. “Uang itu kan kalau misalnya selain dividen mau diapain lagi? Dividen sudah bayar kan, terus mau diapain lagi, ya diputer dong,” tutur Teguh saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (11/8). “Nah kalau misalnya diputer di usaha yang sudah ada, ya otomotif segala macam, ya mungkin sudah jenuh juga. Astra Astra itu kan sudah market leader kan, otomotif itu. Batubara kan ada siklusnya,” imbuhnya lagi.
Menurut perkiraan Teguh, Grup Astra masih akan melanjutkan langkah diversifikasi dalam 5-10 tahun ke depan. Dalam hal ini, sektor teknologi menjadi sektor yang berpeluang dilirik oleh Grup Astra menurut Teguh. Ini sejalan dengan tren yang dilakukan oleh grup-grup konglomerasi besar lain seperti Emtek Group, Grup Djarum, dan lain-lain. “Semua grup-grup yang lain juga masuknya itu ke teknologi. Djarum ya kita tahu mereka punya blibli.com ya kan, mereka punya kaskus, mereka punya tiket.com. Jadi semuanya memang arahnya ke sana, termasuk Astra,” kata Teguh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Handoyo .