KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sebelas bulan pertama di tahun 2017, rata-rata 17 emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hanya mencatat kenaikan harga saham sebesar 0,37%. Di antara 17 emiten BUMN dalam catatan Kontan.co.id, PT Indofarma TBk (INAF), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), dan PT Perusahaan Gas Negara TBk (PGAS) berada di urutan terbawah BUMN pencetak cuan. Secara year to date (ytd) hingga Kamis (30/11), harga saham INAF sudah turun 45,94%. Sementara itu, KRAS catat penurunan 41,04% dan saham PGAS turun 37,04% ytd. Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, penurunan harga saham-saham emiten tersebut sejalan dengan kinerja perusahaan. Jika dilihat, INAF dan KRAS masih catat rapor merah. Hanya PGAS yang mampu catat dividen di 2016. Selain faktor kinerja, sentimen lainnya juga menekan harga saham tiga BUMN tersebut. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, saham PGAS tertekan karena adanya isu terkait pemotongan harga gas. Selain itu, persaingan industri pun turut memberatkan. “Setelah pembentukan holding nantinya akan bagus untuk PGAS, karena pemain di sektor gas bisa membagi pasar dan tumbuh bersama,” ujar Hans, Kamis (30/11). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini daftar top losers emiten BUMN
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama sebelas bulan pertama di tahun 2017, rata-rata 17 emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) hanya mencatat kenaikan harga saham sebesar 0,37%. Di antara 17 emiten BUMN dalam catatan Kontan.co.id, PT Indofarma TBk (INAF), PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), dan PT Perusahaan Gas Negara TBk (PGAS) berada di urutan terbawah BUMN pencetak cuan. Secara year to date (ytd) hingga Kamis (30/11), harga saham INAF sudah turun 45,94%. Sementara itu, KRAS catat penurunan 41,04% dan saham PGAS turun 37,04% ytd. Kepala Riset OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, penurunan harga saham-saham emiten tersebut sejalan dengan kinerja perusahaan. Jika dilihat, INAF dan KRAS masih catat rapor merah. Hanya PGAS yang mampu catat dividen di 2016. Selain faktor kinerja, sentimen lainnya juga menekan harga saham tiga BUMN tersebut. Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee menilai, saham PGAS tertekan karena adanya isu terkait pemotongan harga gas. Selain itu, persaingan industri pun turut memberatkan. “Setelah pembentukan holding nantinya akan bagus untuk PGAS, karena pemain di sektor gas bisa membagi pasar dan tumbuh bersama,” ujar Hans, Kamis (30/11). Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News