Ini Dampak Aksi Boikot Produk Pro Israel ke Warung Kelontong Hingga Perusahaan Besar



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Aksi boikot terhadap produk-produk serta merek-merek tertentu yang diduga terafiliasi dengan Israel masih terus berlanjut di dalam negeri. 

Aksi boikot ini ternyata tidak hanya mempengaruhi kinerja perusahaan-perusahaan besar namun juga pergerakan ekonomi di tingkat mikro, kecil dan menengah, contohnya di warung-warung kelontong. 

Sebut saja Afril (56) pemilik salah satu warung kelontong di Jalan Kali Pasir, Jakarta Pusat ini mengatakan sejak munculnya demo dan aksi penolakan terhadap Israel secara besar-besaran terutama di wilayah Jakarta, dirinya memutuskan untuk tidak menambah stok beberapa produk yang dipercaya olehnya sebagai produk milik atau pendukung Israel.


Baca Juga: Kadin: Aksi Boikot Mulai Merugikan Keberlangsungan Dunia Usaha

“Jadi kita sekarang menghabiskan stok saja, kalau ada yang cari produk-produk itu (Israel) ya kita tawarkan penggantinya. Tunggu reda dulu (isu boikot) baru masuk lagi (produk-produknya),” katanya saat ditemui Kontan, Jumat (08/12).

Saat ditanya apakah pemasukan warungnya menurun setelah munculnya aksi boikot ini, Afril mengatakan penurunan yang terjadi tidak terlalu signifikan. Karena menurutnya dari beberapa produk yang ia yakini adalah produk Israel, masih banyak produk sejenis atau produk substitusi dari merek lain. 

“Ya kalau barang habis, kita tawarin yang penggantinya,” tambahnya. 

Ia mengakui bahwa beberapa produk Israel tersebut di warungnya memang tidak banyak lagi. Namun ia tetap membebaskan jika ada konsumen yang lebih memilih membeli produk-produk Israel tersebut. 

Kemudian, saat ditanya alasan keputusannya menghabiskan stok terkait produk-produk yang dinilai terafiliasi Israel ini, Afril mengatakan hal ini adalah keputusan pribadi. Dilingkungan tempatnya berjualan, ia menceritakan ada beberapa orang yang sempat menegurnya karena masih menjual produk-produk Israel. 

“Kadang-kadang orang dari masjid sini, datang mau beli terus bilang ke saya, kok masih jualan produk Israel? Kan biasanya barang-barang saya pajang di depan. Ya, saya tidak enak juga akhirnya, dan memutuskan habiskan stok aja, gak tambah lagi,” jelasnya. 

Baca Juga: Kena Imbas Boikot Produk, Begini Respon Pizza Hut

Efek dari boikot ini juga dirasakan oleh perusahaan atau emiten besar sekelas PT. Fast Food Indonesia Tbk (FAST). Perusahaan yang bergerak dalam bidang makanan dan sekaligus mengoperasikan Kentucky Fried Chicken (KFC) ini bahkan harus merevisi target mereka di tahun 2024 mendatang. 

Tadinya, proyeksi pertumbuhan penjualan FAST di tahun 2024 adalah sebesar 15% namun direvisi menjadi 10%. Namun ternyata, efek boikot terhadap produk KFC cukup kuat, mencakup penurunan penjualan dan transaksi bisnis.

“Ini karena perseroan mengalami penurunan penjualan produk KFC, perseroan meyakini dapat mencapai target tersebut melalui strategi yang telah dimulai di akhir tahun 2023,” tulis manajemen FAST dalam laporan Hasil Public Expose Tahunan yang dirilis 28 November lalu. 

Untuk mengatasi dampak ini, Perseroan merespons dengan merilis sejumlah produk baru dan promosi yang dirancang untuk menggantikan transaksi yang hilang. 

“Sebagai langkah untuk meminimalkan dampak boycott, Perseroan saat ini fokus pada promosi intensif terhadap produk- produk yang dijual,” tambah manajemen. 

Selain itu, pihak FAST juga membuka gerai baru di daerah dengan purchasing power dan pertumbuhan yang signifikan, serta merelokasi gerai yang ada.

“Di mal ke gerai tipe free standing, strategi ini bertujuan untuk memperluas size market yang dapat Perseroan capai dengan kehadiran gerai free standing. Perseroan melihat adanya same store growth untuk gerai-gerai yang sudah berjalan, dengan pertumbuhan rata-rata sekitar 6%-7%,” tulis manajemen. 

Di dalam negeri, gerakan boikot ini semakin menguat Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengeluarkan fatwa haram membeli produk dari produsen yang mendukung agresi Israel di Palestina. 

Baca Juga: Aksi Boikot Produk Pro Israel Belum Terasa Pemilik Warung Kelontong di Tangsel

Fatwa haram untuk produk pendukung Israel itu tertuang dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023 tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina yang resmi keluar pada Rabu, 8 November 2023.

Meski tak memberikan daftar jelas mengenai produk-produk apa saja yang dinilai terafiliasi dengan Israel, banyak daftar produk yang diduga berafiliasi dengan Israel menyebar terutama di sosial media (sosmed). 

Sedangkan dari luar negeri boikot terhadap produk-produk Israel dicanangkan oleh gerakan The Boycott, Divestment, Sanctions atau BDS movement. Gerakan ini memiliki tujuan utama yaitu mengakhiri dukungan internasional terhadap penindasan Israel terhadap warga Palestina dan menekan Israel agar mematuhi hukum internasional.

Gerakan BDS ini sebelumnya sudah terbentuk sejak 2005 oleh 170 serikat pekerja Palestina, kelompok pengungsi, organisasi perempuan, asosiasi profesional, komite perlawanan rakyat, dan masyarakat sipil Palestina lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Handoyo .