KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang dimulai Jumat (6/7) lalu kian memanas setelah AS dikabarkan tengah mengevaluasi sekitar 124 produk ekspor asal Indonesia, termasuk tekstil, plywood, kapas ,dan beberapa hasil perikanan seperti udang dan kepiting. Evaluasi itu dilakukan guna menentukan produk apa saja yang masih layak menerima generalized system of preferences (GSP). GSP sendiri merupakan kebijakan perdagangan suatu negara yang memberi pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor negara penerima. Jika GSP ini dihilangkan, maka bea masuk terhadap produk Indonesia ke AS, menjadi lebih mahal. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyatakan, jika AS mencabut kebijakan GSP untuk Indonesia, produk ekspor Indonesia menjadi kurang kompetitif. "Harganya naik kan," kata Oke usai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Minggu (8/7).
Ini dampak jika AS terapkan bea masuk 124 produk ekspor Indonesia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang dimulai Jumat (6/7) lalu kian memanas setelah AS dikabarkan tengah mengevaluasi sekitar 124 produk ekspor asal Indonesia, termasuk tekstil, plywood, kapas ,dan beberapa hasil perikanan seperti udang dan kepiting. Evaluasi itu dilakukan guna menentukan produk apa saja yang masih layak menerima generalized system of preferences (GSP). GSP sendiri merupakan kebijakan perdagangan suatu negara yang memberi pemotongan bea masuk impor terhadap produk ekspor negara penerima. Jika GSP ini dihilangkan, maka bea masuk terhadap produk Indonesia ke AS, menjadi lebih mahal. Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan menyatakan, jika AS mencabut kebijakan GSP untuk Indonesia, produk ekspor Indonesia menjadi kurang kompetitif. "Harganya naik kan," kata Oke usai rapat koordinasi di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Minggu (8/7).