JAKARTA. Ditetapkannya Bea Keluar (BK) untuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebesar US$ 18 per metrik ton berlaku sejak Februari 2017 oleh Pemerintah berdampak cukup signifikan terhadap industri sawit Tanah Air. Penetapan BK ini mengikuti naiknya harga referensi produk CPO di pasar dunia dari US$ 788,26 per metrik ton menjadi US$ 800 per metrik ton. Bea keluar sebesar itu berlaku jika harga referensi CPO sebesar US$ 800-850 per metrik ton. BK CPO sebelumnya ditetapkan sekitar US$ 3 per metrik ton. Selama ini, bea keluar CPO memang ditetapkan secara progresif sesuai fluktuasi harganya di pasar dunia. “Bea keluar CPO nantinya berpengaruh pada harga TBS (Tandan Buah Segar) di tingkat petani. Jika semakin besar bea keluarnya, maka kemungkinan besar harga TBS pun akan ikut turun,” terang Marselinus Andri, Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Jumat (3/2).
Ini dampak jika Bea Keluar CPO terlalu tinggi
JAKARTA. Ditetapkannya Bea Keluar (BK) untuk minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) sebesar US$ 18 per metrik ton berlaku sejak Februari 2017 oleh Pemerintah berdampak cukup signifikan terhadap industri sawit Tanah Air. Penetapan BK ini mengikuti naiknya harga referensi produk CPO di pasar dunia dari US$ 788,26 per metrik ton menjadi US$ 800 per metrik ton. Bea keluar sebesar itu berlaku jika harga referensi CPO sebesar US$ 800-850 per metrik ton. BK CPO sebelumnya ditetapkan sekitar US$ 3 per metrik ton. Selama ini, bea keluar CPO memang ditetapkan secara progresif sesuai fluktuasi harganya di pasar dunia. “Bea keluar CPO nantinya berpengaruh pada harga TBS (Tandan Buah Segar) di tingkat petani. Jika semakin besar bea keluarnya, maka kemungkinan besar harga TBS pun akan ikut turun,” terang Marselinus Andri, Ketua Serikat Petani Kelapa Sawit (SPKS), Jumat (3/2).