Ini Dampak Ketegangan China dan AS Bagi Indonesia



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan hubungan antara China dan Amerika Serikat (AS) dinilai bisa membawa berkah bagi negara ASEAN dan juga India. Berkah tersebut berupa aliran masuk dalam bentuk investasi modal asing langsung atau FDI ke ASEAN.

Alasannya, blok-blok AS, Eropa ataupun Cina akan melihat ASEAN sebagai salah satu tujuan realokasi investasi manufaktur.

Akan tetapi, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet menilai, berkah tersebut nampaknya masih minim ke Indonesia. Menurutnya Indonesia masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terutama untuk meningkatkan desain dari sisi konektivitas infrastruktur, dan desain sumber daya manusia.


Selain itu, iklim investasi yang berkelanjutan hingga stabilitas politik dan keamanan di Indonesia juga harus dibenahi, sebab sering kali menjadi hambatan masuknya investor untuk masuk berinvestasi di Indonesia.

“Kalau konteks ASEAN memang menarik, tapi kalau konteks per negara, nanti dulu. Perlu dilihat per masing-masing case termasuk dalamnya sektor industri manufaktur. Apalagj ada PR yang perlu diselesaikan,” tutur Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (27/8).

Baca Juga: Sri Mulyani: Ketegangan AS dan China Malah Beri Berkah ASEAN dan India

Dia menambahkan, sebenarnya dalam beberapa tahun terakhir daya tarik investasi ke ASEAN banyak disampaikan. Ini karena banyak negara-negara ASEAN mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang relatif positif ketika banyak negara yang justru mengalami pertumbuhan ekonomi yang tidak terlalu tinggi.

Kemudian, kondisi ini juga menguntungkan dari sisi relokasi investasi ASEAN yang kemudian akan dilirik oleh investor. Sebagai contoh, ketika terjadi perang dagang antara China dan Amerika Serikat di tahun 2018 silam beberapa negara ASEAN diuntungkan dari kondisi tersebut.

“Hanya saja kalau kita bicara konteks bagaimana relokasi investasi masuk ke masing-masing negara ASEAN maka diskusinya akan sedikit berubah. Dari perang dagang AS dan China, salah satu negara yang paling diuntungkan adalah Vietnam. Banyak pabrik-pabrik yang terdampak dari perang dagang antara China dan AS melakukan relokasi pabrik ke Vietnam,” terangnya.

Sementara itu, minat investor ke Indonesia saat itu  nyatanya  tidak sebesar jika dibandingkan dengan kondisi di Vietnam dan secara umum. Yusuf bahkan menilai, Indonesia masih kalah saing dari Vietnam.

Ini karena Vietnam menjadi salah satu ‘Macan Ekonomi Asia Tenggara’ yang baru. Selain itu, Vietnam juga relatif banyak dilirik oleh investor manufaktur dan menjadi pesaing paling tangguh bagi Indonesia dalam konteks sesama negara ASEAN.

Baca Juga: Sri Mulyani: ASEAN Berhasil Menjaga Kebijakan Suku Bunga juga Stabilitas Nilai Tukar

Maka dari itu, menurut Yusuf banyak hal yang harus dipelajari Indonesia dari Vietnam, seperti, terkait bagaimana desain infrastruktur dan sumber daya manusia juga relatif lebih baik.

“Kombinasi inilah yang menurut saya menjadi salah satu keuntungan Vietnam dalam menggaet investor untuk industri manufaktur,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Anna Suci Perwitasari