JAKARTA. Indonesia tengah menanti penilaian salah satu lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) terhadap utang Indonesia. Pasalnya, tinggal lembaga tersebut yang belum menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade). Beberapa pihak memproyeksi S&P belum akan menaikkan peringkat utang Indonesia di tahun ini. Hal tersebut berkaitan dengan situasi politik di tanah air. Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, jika S&P tidak menaikkan peringkat Indonesia tidak akan berdampak negatif terhadap investasi. Sebab menurutnya, selama ini tanpa kenaikan peringkat utang, aliran modal asing tetap masuk ke Indonesia. "Hanya, kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan premium di obligasi pemerintah dan swasta yang lebih rendah," kata Andry saat dihubungi KONTAN, Selasa (16/5). Meski demikian menurutnya, pemerintah harus tetap fokus pada transformasi struktural dan pembangunan infrastruktur. Sementara itu, jika peringkat Indonesia dinaikkan ke investment grade, maka akan ada penurunan premium untuk surat utang pemerintah dan swasta Indonesia di atas surat utang yang telah mendapatkan peringkat AAA. "Akibatnya ongkos penerbitan menjadi lebih rendah atau lebih murah," tambah Andry. Tak hanya itu, jika S&P menaikkan peringkat Indonesia maka ada potensi tambahan arus modal asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia. Selain itu, kenaikan peringkat utang Indonesia juga akan mengerek harga saham dan surat utang pemerintah dan swasta Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Ini dampak S&P menahan dan menaikkan peringkat RI
JAKARTA. Indonesia tengah menanti penilaian salah satu lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor's (S&P) terhadap utang Indonesia. Pasalnya, tinggal lembaga tersebut yang belum menaikkan peringkat utang Indonesia menjadi layak investasi (investment grade). Beberapa pihak memproyeksi S&P belum akan menaikkan peringkat utang Indonesia di tahun ini. Hal tersebut berkaitan dengan situasi politik di tanah air. Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, jika S&P tidak menaikkan peringkat Indonesia tidak akan berdampak negatif terhadap investasi. Sebab menurutnya, selama ini tanpa kenaikan peringkat utang, aliran modal asing tetap masuk ke Indonesia. "Hanya, kita kehilangan kesempatan untuk mendapatkan premium di obligasi pemerintah dan swasta yang lebih rendah," kata Andry saat dihubungi KONTAN, Selasa (16/5). Meski demikian menurutnya, pemerintah harus tetap fokus pada transformasi struktural dan pembangunan infrastruktur. Sementara itu, jika peringkat Indonesia dinaikkan ke investment grade, maka akan ada penurunan premium untuk surat utang pemerintah dan swasta Indonesia di atas surat utang yang telah mendapatkan peringkat AAA. "Akibatnya ongkos penerbitan menjadi lebih rendah atau lebih murah," tambah Andry. Tak hanya itu, jika S&P menaikkan peringkat Indonesia maka ada potensi tambahan arus modal asing yang masuk (capital inflow) ke Indonesia. Selain itu, kenaikan peringkat utang Indonesia juga akan mengerek harga saham dan surat utang pemerintah dan swasta Indonesia. Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News