KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sudah memetakan bahwa ada potensi penurunan ekspor ke depan. Dengan demikian, pemerintah berupaya sigap mengambil aksi terkait hal tersebut. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono pernah mengungkapkan, salah satu upaya yang tengah dilakukan pemerintah adalah dengan memetakan negara tujuan ekspor di luar negara tradisional. Susiwijono bilang, ada Satuan Tugas (Satgas) Peningkatan Ekspor yang melakukan kajian dalam memetakan negara mana yang akan dijajaki untuk menjadi negara tujuan ekspor prioritas.
Nah, dari rangkaian analisis Satgas yang bekerja sama dengan Badan Kajian Perdagangan, juga dari pertemuan dengan para pengusaha, pemerintah pun mengantongi daftar 12 negara yang menjadi tujuan ekspor prioritas Indonesia. “Ada Arab Saudi, Belanda, Brasil, Chile, China, Filipina, India, Kenya, Korea Selatan, Meksiko, Uni Emirat Arab, dan Vietnam,” tulis Susiwijono dalam pesan singkat yang diterima Kontan.co.id, Kamis (29/2).
Baca Juga: Sri Mulyani Serahkan Revisi PP Diskon PPh Bunga Deposito Untuk Gaet DHE ke Jokowi Susiwijono menambahkan, pemilihan negara tersebut dilakukan melalui analisis dan riset berdasarkan Index Composite, dengan memperhatikan kekuatan ekspor dan impor. Selain itu, Indonesia juga mengutamakan negara yang memiliki perwakilan perdagangan. Namun, hal tersebut juga tak menjadi patokan yang kaku. Kondisi stabilitas negara mitra juga menjadi salah satu pertimbangan pemerintah. “Seperti Kenya. Meskipun tidak memiliki perwakilan perdagangan, tetapi pertimbangannya adalah kondisi geopolitik dan geoekonomi yang lebih stabil,” tambah Susiwijono. Susiwijono bilang, untuk saat ini, komoditas utama ekspor Indonesia adalah seputar batubara, minyak sawit mentah (CPO), juga nikel. Namun, Susiwijono menegaskan kalau saat ini pemerintah juga terus menggenjot komoditas ekspor Indonesia. Agar, Indonesia tak hanya bergantung pada komoditas itu saja. Bahkan, dia menyinggung soal potensi ekspor usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang akan dimudahkan, sehingga memberi warna dalam deretan daftar barang ekspor Indonesia.
Baca Juga: Ekspor Sawit Indonesia Terancam Penerapan UU Anti Deforestasi Uni Eropa Upaya tersebut sehubungan dengan potensi perlambatan ekonomi dunia yang akan melemahkan permintaan negara-negara maju. Selain itu, harga komoditas pun mulai merosot.
Neraca perdagangan Indonesia juga memang masih surplus dari Maret 2020 hingga Januari 2024, tetapi surplusnya mulai menyusut. Penyusutan surplus neraca perdagangan ini akan membawa implikasi pada neraca transaksi berjalan, yang juga bersinggungan dengan ketahanan eksternal Indonesia. “Dengan demikian memang perlu adanya upaya untuk mendorong perdagangan Indonesia, terutama ekspor, untuk juga menjaga perekonomian,” tandasnya. Asal tahu saja, selama ini, beberapa negara tujuan ekspor utama Indonesia atau negara tujuan ekspor tradisional adalah China, Amerika Serikat (AS), Jepang, Singapura, juga Korea Selatan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Wahyu T.Rahmawati