Djarum Foundation mengadakan pelatihan
leadership development kepada penerima program Djarum Beasiswa Plus atau biasa disebut juga dengan Beswan Djarum tahun 2019/2020. Acara bagi Beswan Djarum angkatan ke-35 ini diadakan pada 8-11 Maret 2020 di Hotel Eastparc Yogyakarta. Selama empat hari, para peserta menerima pelatihan
soft skill dari pembicara-pembicara ternama, antara lain Galuh Paskamagma yang memberikan materi mengenai
Gritty Leadership, Margareta Astaman dengan materi
Critical Writing, Riko Anggara dengan materi
Effective Oral Communication, serta James Gwee dengan materi
Motivating & Inspiring Others. Lounardus Saptopranolo,
Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, mengatakan, “
Leadership development ini adalah pelatihan
soft skill yang kedua untuk penerima Djarum Beasiswa Plus 2019/2020.
Goal-nya adalah menanamkan atau menumbuhkan jiwa
leadership mereka sendiri.” Lounardus Saptopranolo, atau biasa dipanggil Sapto, menambahkan, sebagai generasi penerus bangsa, pelatihan
leadership sangat penting bagi mereka. “Ini merupakan misi dari Djarum Foundation untuk membuat Indonesia yang lebih digdaya di masa depan. Karena itu harus kami siapkan,” ujar Sapto.
Setiap tahun, ada banyak pelatihan
soft skill yang diberikan oleh Djarum Foundation, antara lain
Character Building, Leadership Development, Writing Competition, International Exposure, Community Empowerment, dan
Nation Building. Pelatihan
soft skill ini merupakan yang paling dicari oleh para Beswan Djarum karena tidak ada di pemberi beasiswa lainnya.
Soft skill ini sangat penting untuk melengkapi
hard skill yang telah dipelajari di kampus masing-masing. Selain itu, menurut Sapto, hal lain yang paling dicari oleh para penerima Djarum Beasiswa Plus adalah
networking karena mereka bisa bertemu teman-teman dari Sabang sampai Merauke. “Yang terakhir adalah
pride. Mereka merasa bangga bisa mendapat Djarum Beasiswa Plus setelah melalui seleksi yang ada selama sekitar enam bulan,” ujar Sapto. Gritty Leadership Galuh Paskamagma,
Program Associate Bakti Pendidikan Djarum Foundation, menyampaikan materi mengenai
Gritty Leadership di hari pertama program
Leadership Development Beswan Djarum 2019/2020. Indonesia dan seluruh dunia saat ini sedang memasuki industri 4.0, yakni sebuah industri yang sangat digital, robotik, dan tanpa campur tangan manusia. Industri 4.0 juga sangat mengandalkan
internet of things dan big data. Di sisi lain, kehadiran industri 4.0 ini ternyata juga membuat banyak pekerjaan yang hilang karena telah digantikan oleh robot atau teknologi. Akan tetapi, Galuh mengatakan bahwa masih ada peluang pekerjaan bagi manusia di era yang serba-canggih ini. “Apakah robot bisa berpikir kritis, kreatif, berkomunikasi, dan berkolaborasi? Tidak. Ini adalah peluang kita untuk masuk industri 4.0,” ujar Galuh. Untuk itu, menurut Galuh, ada tiga kemampuan yang harus disiapkan, yakni
Foundational Literacies,
Competencies, dan
Character Qualities.
Foundational Literacies adalah bagaimana mengaplikasikan kemampuan inti untuk tugas sehari-hari, sementara
Competencies berguna untuk menghadapi tantangan yang kompleks, serta
Character Qualities sangat diperlukan untuk menghadapi dunia yang berubah dengan cepat.
Character Qualities itu sendiri terdiri dari beberapa unsur, yaitu
curiosity, initiative, persistence, adaptability, leadership, serta
social and cultural awareness. Yang menjadi penekanan dalam materi yang diberikan oleh Galuh adalah mengenai
leadership. “
Leader adalah seseorang yang mampu membawa pengikutnya ke masa depan yang lebih baik,” ujar Galuh. Adapun yang harus dilakukan
leader pertama kali adalah membuat visi, lalu mengomunikasikan visi tersebut, dan yang terakhir adalah memotivasi serta menginspirasi. Ketiga hal tersebutlah yang dipelajari oleh ke-62 Beswan Djarum 2019/2020
batch 8 ini. Visi sangat dibutuhkan bagi seseorang karena supaya lebih terarah dalam mencapai tujuan di masa mendatang. Dalam membuat
visionary goal, menurut Galuh, ada empat hal yang harus diperhatikan, yakni harus
imaginable, menantang, ada tenggat waktunya, serta mudah dikomunikasikan. “
Visionary goal ini sifatnya dinamis dan membutuhkan waktu yang lama, sekitar 10-15 tahun, karena ini di luar kemampuan kita saat ini,” ujar Galuh. “Namun, kalau
visionary goal tersebut sudah tercapai, jangan sampai terbuai, karena itu harus bisa mengubah
visionary goal-nya dengan yang baru.”
Leader yang visioner adalah yang punya kemampuan untuk tetap konsisten berjalan mencapai visi tersebut meskipun banyak sekali rintangan dan kesulitan dalam mencapai visi tersebut. “Hal inilah yang disebut dengan
grit. Grit adalah konsistensi dan seberapa kuat Anda untuk mencapai
visionary goal,” ujar Galuh.
Menurut Galuh,
grit datangnya dari
passion dan
perseverance (ketekunan). “Ketekunan di dalamnya ada
practice dan
resilience.
Practice adalah kapasitas untuk terus belajar setiap hari menjadi lebih baik, sementara
resilience adalah kemampuan untuk cepat bangkit ketika jatuh dan kembali menyelesaikan tujuan,” ujar Galuh. Bagi yang selama ini belum memiliki
gritty leadership tak perlu khawatir. Sebab,
grit ini dapat dikembangkan. Caranya adalah dengan melatih
growth mindset dibandingkan dengan
fixed mindset.
Fixed mindset adalah orang-orang yang ingin selalu terlihat pintar, takut tantangan, mudah menyerah, dan tidak mau mendengarkan kritik. “Sementara orang-orang dengan
growth mindset adalah yang selalu ingin belajar, tidak mudah menyerah, serta selalu mau mendengarkan kritik dan masukan dari orang-orang sebagai sarana untuk memperbaiki diri,” tutup Galuh. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Indah Sulistyorini