KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat lima produk reksadana dengan dana kelolaan alias asset under management (AUM) terbesar per Oktober 2023. Peringkat pertama ditempati Danamas Stabil yang merupakan reksadana pendapatan tetap dengan total AUM Rp 17,32 triliun. Berdasarkan factsheet Sinarmas Asset Management, alokasi aset Danamas Stabil sebesar 92,5% ditempatkan di obligasi dan sukuk pemerintah maupun korporasi. Sementara itu, sebesar 7,5% ditempatkan di instrumen pasar uang, Efek Beragun Aset (EBA), dan efek ekuitas. Selanjutnya, di urutan kedua hingga kelima, ada Reksa Dana Mandiri Investa Pasar Uang dengan AUM Rp 10,07 triliun, Reksa Dana Batavia Dana Kas Maxima Rp 10,02 triliun, Dana Investasi Real Estat Simas Plaza Indonesia Rp 9,24 triliun, dan Reksa Dana BNP Paribas Obligasi Kejora Rp 6,88 triliun.
Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM) Eri Kusnadi mengatakan, AUM Reksa Dana Batavia Dana Kas Maxima dapat menempati posisi ketiga terbesar karena didukung oleh strategi yang dijalankan BPAM. Reksadana pasar uang ini memang menawarkan return yang menarik tapi bukan yang tertinggi di pasar.
Baca Juga: Ada Gelaran Pemilu, Aset Investasi Apa yang Bisa Dilirik pada Tahun 2024? Berdasarkan data Infovesta, Reksa Dana Batavia Dana Kas Maxima membukukan return 3,13% secara year to date (ytd) atau berada di urutan ke-87 diantara reksadana pasar uang lainnya. Sementara secara month-on-month (mom) pada Oktober 2023, reksadana ini mencatatkan return 0,34% atau berada di urutan 89 Eri menyampaikan, bagi BPAM, keseimbangan antara return, likuiditas, dan kualitas portofolio merupakan kombinasi yang sangat penting. Menurutnya, mayoritas investor dan Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD) melihat hal tersebut di Reksa Dana Batavia Dana Kas Maxima. Eri mengungkapkan, produk ini secara umum mengalokasikan dananya sebesar 45%-55% di obligasi dan/atau deposito. "Jadi, komposisi 45%-55% itu bisa berubah-ubah, kadang di obligasi dan kadang deposito mengikuti dinamika pasar saja. Secara umum, cukup berimbang dari waktu ke waktu," tutur Eri saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (23/11). Ia melihat, reksadana obligasi dan reksadana pasar uang yang mendominasi daftar lima AUM terbesar tersebut punya potensi yang cukup menarik ke depannya. Hal ini sejalan dengan adanya potensi pemotongan suku bunga acuan, meski saat ini pasar masih menunggu kepastian bunga dari bank sentral Amerika Serikat.
Baca Juga: Intip Strategi Manajer Investasi Menggenjot Dana Kelolaan Reksadana pada Tahun Depan Investment Specialist Sucorinvest Asset Management Felisya Wijaya menambahkan, reksadana pasar uang serta pendapatan tetap yang memiliki underlying aset obligasi berpotensi bergerak volatile pada sisa tahun ini. Apalagi, jika terdapat perubahan sikap The Fed sehingga memicu outflow dari dalam negeri. Sebagai informasi, pada rilis notulen rapat Federal Open Market Committee (FOMC) terakhir, belum ada tanda-tanda penurunan tingkat suku bunga dalam waktu dekat. Namun, Felisya melihat, prospek kedua jenis reksadana ini di tahun 2024 bakal lebih baik dibandingkan tahun ini. "Hal ini seiring dengan adanya pembalikan tren penurunan tingkat suku bunga acuan global dan dalam negeri yang mampu mendorong harga obligasi naik," ungkap Felisya.
Menurutnya, reksadana pasar uang dan pendapatan tetap yang menarik untuk dilirik adalah reksadana yang memiliki manajemen durasi yang baik. Selain itu, berdasarkan data per 31 Oktober 2023, spread yield antara tenor pendek (contoh 3 tahun: 7,04%) tidak jauh dengan tenor panjang (contoh 10 tahun: 7,20%), yakni sebesar 16 bps. Dengan begitu, reksadana dengan underlying obligasi jangka pendek memiliki downside risk yang cenderung terbatas. Selain itu, melihat potensi volatilitas di sisa tahun 2023, obligasi tenor pendek memiliki risiko terhadap fluktuasi harga (duration/interest rate risk) yang lebih minim dibandingkan tenor panjang. Dengan obligasi tenor pendek, investor dapat menjaga risiko penurunan harga obligasi. Volatilitas obligasi tenor pendek lebih minim dibandingkan tenor panjang ketika yield mengalami kenaikan. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Khomarul Hidayat