Ini dia penyakit udang yang menjadi momok petambak



SURABAYA. Kabar tak sedap kembali menghampiri industri udang Tanah Air. Pasalnya, industri udang tanah air saat ini terancam serangan penyakit udang yang mematikan. 

Penyakit udang bernama early mortality syndrome (EMS) tersebut bahkan sudah membuat produksi udang Thailand merosot. Padahal, Thailand tahun lalu, menjadi penguasa pasar udang global dengan total ekspor mencapai 500.000 ton per tahun.

Namun, karena ada serangan penyakit EMS itu, ekspor udang Thailand melorot hingga 50% menjadi sekitar 250.000 ton saja.


"Indonesia juga sangat berisiko terkena EMS. Sebab, negara sekitar seperti Thailand, Malaysia, Vietnam, dan China sudah terkena penyakit yang sama," kata Yuri Sutanto, Kepala Penelitian dan Pengembangan Central Proteina Prima (CP Prima) di Seminar bertajuk Mengoptimalkan Peluang Emas dengan Budidaya Cerdas Udang, Rabu (4/12).

Yuri mengatakan, jika dilihat secara faktor lingkungan, tambak udang di wilayah Medan dan Kalimantan paling berisiko terpapar bakteri EMS.

Sebab, dua wilayah tersebut sangat dekat dengan Malaysia dan perairan Indonesia mengalami pertukaran air laut dengan negara tersebut. Sementara itu, Malaysia sudah terkena bakteri EMS pada tahun 2011 silam.

Namun, risiko paling terbesar justru datang dari proses impor udang hidup. "Di pasar udang Indonesia banyak beredar udang dan benih udang ilegal dari negara terkena EMS yang dijual murah," ujar Yuri.

Mahar Sembiring, Presiden Direktur CP Prima bilang, pihaknya sudah memperketat kualitas benur dan kerap mengedukasi petambak udang tentang EMS.

"Tahun depan kami berencana membeli PCR Kit, alat yang bisa mendeteksi penyakit EMS, untuk membatasi penyebaran andai terjadi di Indonesia," ujar dia.

Hingga kini pelaku pasar industri udang global belum bisa menemukan obat pencegah bakteri EMS. "Yang bisa kita lakukan hanya mengurangi risiko dengan cara budidaya yang benar," ujar Yuri. Selain memproduksi pakan udang, CP Prima juga menjual benih udang kepada para petambak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Asnil Amri