KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bulan puasa telah tiba. Hari Kamis (17/5) umat Islam secara serentak menjalankan ibadah suci puasa. Bagaimana dengan pasar modal sendiri saat bulan puasa? Jika menilik pergerakan historis, perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama bulan puasa cenderung mengalami penurunan dalam hal volume transaksi. Tahun 2017 misalnya, sepanjang pelaksanaan bulan puasa yang dimulai sejak tanggal 25 Mei 2017 hingga 24 Juni 2017, volume perdagangan di bursa tercatat rata-rata mencapai 5,39 miliar. Padahal, sejak awal Mei 2017 hingga sehari sebelum puasa rata-rata volume perdagangan mencapai 6,59 miliar transaksi. Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji mengatakan, awal puasa biasanya perdagangan di bursa masih berjalan seperti biasa. Namun, menjelang akhir-akhir puasa, mendekati masa-masa cuti bersama barulah transaksi perdagangan mulai berkurang, yang disebabkan salah satunya faktor cuti.
Pendapat senada juga diungkapkan analis senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar. Menurutnya, bahwa selama bulan puasa memang ada penurunan transaksi yang utamanya disebabkan banyaknya investor yang menggunakan dananya untuk kebutuhan lain. Menurutnya hal tersebut wajar, mengingat selama bulan puasa ada sejumlah kebutuhan yang bakal naik. Apalagi menjelang akhir bulan puasa tentu volume perdagangan harian lebih sepi lagi, sebab sudah mendekati akhir tentu banyak orang yang fokusnya adalah mempersiapkan untuk mudik atau liburan lebaran. Jadi, penggunaan dana tentu tidak ke bursa. “Volume transaksi perdagangan harian di bulan puasa memang tidak seramai hari-hari sebelumnya, banyak dana yang ditarik sementara dari bursa dan ini wajar saja menurut saya,” kata William, Rabu (16/5). Tapi, menurut Nafan meski volume perdagangan tergolong sepi bukan berarti investor tak bisa meraup keuntungan. Justru ia berpendapat untuk urusan investasi semuanya tergantung bagaimana investor melihat performa saham-saham yang likuid di bursa. Ada beberapa sektor yang secara teknikal yang menurut Nafan menarik untuk dicermati para investor selama bulan puasa. Pertama, sektor infrastruktur yang terkait dengan telekomunikasi dengan emitennya TLKM dan EXCL. Sebab, di masa-masa puasa hingga liburan lebaran akan ada peningkatan traffic pada layanan mobile data. TLKM bahkan PER-nya sudah di bawah 15 kali. Nafan memprediksi harga saham TLKM dalam jangka menengah-panjang bisa melaju hingga Rp 4.200 per saham. Selain itu, sektor konsumer juga menurut Nafan bisa dilirik oleh investor dengan emitennya INDF dan ICBP serta HMSP. Memang, yang terakhir ini merupakan emiten dengan lini bisnis utama rokok, namun Nafan melihat secara teknikal pergerakannya bakal cukup bagus sepanjang bulan puasa. LPPF yang bergerak di lini Departemen Store juga dikatakan Nafan menarik sebab pelemahannya secara teknikal sudah terbatas. Saat ini harganya diperdagangkan di level Rp 8.950 per saham, namun Nafan memprediksi saham LPPF berpeluang untuk naik kembali ke Rp 9.000 per saham, bahkan bisa naik hingga Rp 9.700 per saham. “Saham-saham ini sangat layak dicermati. Memang pergerakan indeks saat ini pada fase bearish, namun secara perlahan fase tersebut mulai berkurang dan mengarah kepada bullish, jadi saat ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan akumulasi beli” kata Nafan, Rabu (16/5). William lebih melihat sektor konsumer bakal menjadi sektor yang menarik untuk dilirik investor. Sementara, sektor telekomunikasi meski di bulan puasa ia akui akan ada peningkatan penggunaan mobile data, namun secara umum sektor ini penguatannya tidak akan terlalu signifikan. Sebab, saham-saham telekomunikasi sudah berada di area resistance. “Memang ada ruang untuk tumbuh, tapi saya kira terbatas dan mungkin akan ada koreksi dulu,” ujar William. Sektor-sektor lain yang bisa dicermati investor menurut William ada beberapa, seperti sektor CPO karena penggunaan CPO di bulan puasa akan meningkat. Menurutnya, selama ini ada korelasi antara bulan puasa dengan peningkatan konsumsi CPO. Apalagi untuk emiten CPO yang orientasinya ekspor, khususnya ke wilayah Timur Tengah. Permintaan CPO di wilayah ini menurutnya cenderung meningkat selama bulan puasa, jadi akan berpengaruh positif bagi kinerja saham emiten CPO. Dari sektor-sektor ini, William merekomendasikan INDF dan ICBP masih menarik karena produknya digunakan luas. Cuma, jika berbicara mengenai emiten sektor konsumer yang sahamnya sudah relatif murah dan bisa dikoleksi, William merekomendasikan HMSP. “Ini momen tepat untuk masuk ke HMSP, harganya jangka panjang bisa mencapai Rp 4.200 per saham,” ujar William.
Selain sektor-sektor konsumer dan CPO, sektor perbankan juga menurut William menarik. Cuma, kalau untuk sektor ini ia menyatakan bahwa perbankan merupakan sektor yang bisa dimasuki kapanpun, anytime, ada bulan puasa maupun tidak tetap menarik. William menyarankan strategi yang tepat adalah masuk sekarang di saham-saham bagus yang harganya sudah relatif murah, kemudian hold hingga rilis laporan kuartal III keluar. Sebab, setelah investor bisa meraup untung yang lebih tinggi ketika momen puasa, lebaran, liburan sekolah sudah terlewati. Artinya, hasil yang diraih di bulan puasa dan lebaran sudah memberikan efek bagi kinerja perusahaan dan benar-benar akan terasa di kuartal III nanti. “Beli sekarang, hold jangka menengah sampai penjualan saat lebaran dan puasa terlihat dalam kinerja perusahaan,” pungkas William. Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News Editor: Sofyan Hidayat