Ini dia tip mengatur keuangan di tengah pandemi



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah beberapa saat menjalani work from home (WFH), Metty mulai mengeluh. Karyawati yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Kawasan Sudirman ini mengeluh bukan karena bosan. Ia jadi justru lebih boros gara-gara WFH.

Akibat WFH, ia jadi lebih sering jajan menggunakan layanan ojek online, terutama bila pekerjaan sedang menumpuk. Selain itu, karena ia juga masih kerap memasak sendiri, kebutuhan dapur juga meningkat. Tambah lagi, ia jadi lebih gampang tergoda klik buy di toko online.

Dimas Ardinugraha, Investment Specialist Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) menuturkan, di satu sisi WFH memang membuat pos pengeluaran rutin berkurang. Salah satunya dana transportasi. Di sisi lain, ada kelebihan waktu, yang bila tidak dikelola dengan baik bisa membuat orang menjadi lebih konsumtif.


Karena iseng, orang bisa menghabiskan waktu untuk belanja online. Yang dibeli juga bukan barang kebutuhan utama. Padahal, menurut Dimas, setiap orang harus memikirkan apa yang terjadi dengan keuangan keluarga pasca pandemi.

Karena itu, Anda perlu bijak mengatur keuangan di saat pandemi ini. Salah satu yang perlu dilakukan adalah mengatur lagi dana darurat Anda. “Saya sarankan untuk memprioritaskan dan sesegera mungkin mengisi penuh pos dana darurat,” tegas Dimas.   Alasannya, tidak ada yang tahu pasti kapan pandemi ini akan berakhir. Dimas menyarankan, bagi karyawan yang saat ini masih memiliki pekerjaan dan menerima gaji secara utuh, segera penuhi kebutuhan dana darurat.     Mungkin Anda sudah tahu, dalam kondisi normal, dana darurat disiapkan untuk menutupi biaya hidup atau pengeluaran selama tiga hingga enam bulan. “Tapi saat ini kita berada dalam kondisi yang tidak normal,” tutur Dimas.

Dalam kondisi ini, ada beberapa hal yang bisa Anda lakukan. Pertama, kurangi pengeluaran yang tidak perlu.  

Kedua, siapkan dana darurat untuk memenuhi kebutuhan hidup Anda bersama keluarga untuk enam bulan hingga satu tahun.  Dengan demikian, Anda bisa lebih tenang dalam menghadapi segala ketidakpastian yang mungkin terjadi di depan.   Ada beberapa beberapa sumber daya yang bisa dimanfaatkan untuk menyiapkan dana darurat. Pertama, maksimalkan dari penghasilan bulanan. Tingkatkan persentase atau porsi dari pendapatan untuk mengisi dana darurat.

Contoh, jika sebelumnya Anda menyisihkan 5%-10% dari pendapatan untuk dana darurat, kali ini sisihkan 30%-40% dari penghasilan untuk dana darurat. “Angka ini hanya perumpamaan ya, sesuaikan dengan kondisi keuangan masing-masing,” tutur Dimas.

Karena sedang WFH, Anda bisa menggunakan pos dana transportasi, dana gaya hidup dan sebagainya untuk mengisi dana darurat.   Kedua, manfaatkan THR bila perusahaan tempat Anda bekerja masih membagi THR. Alokasikan mayoritas dana THR untuk mengisi pos dana darurat. Tunda mudik dan beli baju baru. Rayakan lebaran secara sederhana.     Pikirkan juga tempat Anda menyimpan dana darurat. “Saya sarankan untuk menyimpan dana darurat di reksadana pasar uang,” kata Dimas.

Beberapa kelebihan reksadana pasar uang di antaranya nilai investasi awal yang terjangkau. Beberapa reksadana pasar uang hanya mensyaratkan modal awal Rp 10.000. Reksadana pasar uang juga likuid, bukan objek pajak dan memiliki potensi imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan tabungan atau deposito.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Editor: Harris Hadinata